Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Jaya menjadi buah bibir sejak pekan lalu. Kabarnya, perusahaan milik Pemprov DKI Jakarta itu tengah mengoperasikan alat bernama PAL-Andrich Tech System. Alat milik PT MJH Lestari Internasional itu disebut-sebut mampu mengolah limba tinja menjadi air bersih layak minum.
Kontan saja kabar itu menuai kontroversi. Selain belum adanya sertifikasi terhadap alat ini, dari sisi higienis juga belum ada lembaga terkait memberikan penyataan bahwa air hasil olah limbah tinja itu layak untuk diminum. Tak heran pihak PD PAL Jaya buru-buru meluruskan.
Advertisement
"Sistem pengolahan ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas olahan air limbah, jadi tidak diperuntukkan untuk air minum," tegas Dirut PD PAL Jaya Subekti di kantornya, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Senin (28/5/2018).
Penegasan ini dirasa perlu karena sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyatakan hal yang sebaliknya. Saat meresmikan penggunaan alat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) milik pihak PD PAL Jaya, Rabu pekan lalu, dia mengatakan mesin tersebut dapat mengolah limbah tinja jadi air yang siap untuk diminum.
"PD PAL Jaya kini punya teknologi Andrich yang bisa mengubah limbah tinja jadi air siap untuk diminum dalam waktu 30 menit. Teknologi kali ini jauh lebih efisien dibanding dengan sistem konvensional. Ini betul-betul lompatan dan belum pernah terjadi (sebelumnya)," ujar Sandi dalam sambutannya.
Karena itu, Subekti juga menjelaskan bahwa tugas PD PAL bukanlah untuk penyediaan air minum bagi warga Jakarta. "Kalau terkait dengan air minum, itu bukan tupoksi kami," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin petang.
Dia mengatakan, PD PAL selama ini punya tugas untuk mengolah air limbah hasil buangan warga Ibu Kota untuk kemudian disalurkan kembali ke lingkungan, tapi sudah dalam kondisi bersih.
"PD PAL tugasnya mengolah air limbah menjadi layak buang ke lingkungan. Semakin jernih semakin bagus bagi lingkungan," ujar Subekti.
Selain itu, pengolahan air limbah atau tinja ditujukan guna menjadikan air bersih yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk diminum.
"Bisa menjadi air bersih yang bisa digunakan untuk utilitas, misalnya untuk cuci mobil," ujar Subekti.
Lantas, bagaimana jika air olahan tinja ini digunakan untuk berwudu? Hingga kini juga belum jelas karena belum ada fatwa atau keputusan dari pihak berwenang seperti Majelis Ulama Indonesia. Padahal, ini menyangkut status tinja yang dalam Islam merupakan najis.
"Insyaallah nanti Komisi Fatwa akan membahas soal alat pengolahan tinja, jadi keputusan itu bukan keputusan pribadi tapi itu keputusan komisi," jelas Ketua MUI DKI Syarifuddin Abdul Gani kepada Liputan6.com, Senin petang.
MUI DKI Jakarta mengakui, hingga kini pihaknya belum mengeluarkan fatwa apa pun tentang pengolahan tinja menjadi air bersih seperti tengah digalakkan Pemprov DKI Jakarta.
"Fatwa soal itu memang belum ada, kita akan sampaikan ke Komisi Fatwa untuk dibahas secepatnya, insyaallah," ujar Syarifuddin.
Dia mengatakan, pembahasan akan dilakukan MUI DKI selekasnya lantaran masalah ini akan sangat berdampak bagi umat. Termasuk sah atau tidaknya berwudu menggunakan air hasil olahan limbah tinja yang diproduksi PD PAL.
"Apakah air bisa untuk wudu dan sebagainya, nanti akan menjadi fatwa, insyaallah," tegas Syarifuddin.
Yang jelas, masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan air bersih hasil olahan tinja itu memenuhi syarat secara kesehatan dan kehalalan dari sisi agama. Tanpa itu, sebersih apa pun air hasil olahan limbah tinja ini akan tetap menuai pro dan kontra.
Saksikan video menarik berikut ini:
Senyum Sandiaga di Penampungan Tinja
Rabu pekan lalu, 23 Mei 2018, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno tampak semringah. Meski sedang berada di lokasi yang jauh dari kenyamanan, yaitu di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Sandiaga terus menebar senyum.
Senyum Sandiaga semakin lebar saat meresmikan mesin Industri Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang diberi nama PAL-Adrich Tech System. Mesin ini merupakan alat yang mengolah air limbah tinja menjadi air bersih yang diciptakan Andrian dan Chairunnas (Andrich).
"Hari ini saya terharu. Kalau kita dengar Andrich. Wah Andrich ini kayaknya (nama) Jerman atau Austria gitu ya. Tahu-tahunya Andri dan Chairunnas, dua putra dari Sumatera Barat kebanggaan kita semua, ternyata bisa menciptakan suatu teknologi yang sangat inovatif dan tepat guna," kata Sandiaga dalam sambutannya.
Politikus Partai Gerindra ini wajar merasa bangga, karena dengan mesin yang di bawah naungan PD PAL Jaya ini air limbah tinja hanya perlu diproses 30 menit dan siap untuk dikonsumsi. Sandi mengklaim temuan ini belum pernah ada dan ini merupakan yang pertama.
"Biasanya memakan waktu 7 hari dan menjadi air buangan, (sekarang) dalam waktu setengah jam bisa menjadi air yang bisa diutilitas," kata Sandiaga.
"Ini pertama kali, dan air tinja yang diolah oleh PD PAL Jaya biasanya dilakukan suatu proses dan butuh waktu 7 hari untuk menjadi air buangan. Ini hanya setengah jam sudah bisa diutilitas, buat menyiram bunga dan toilet," kata Sandiaga.
Dia mengatakan, keunggulan alat itu, yakni dalam waktu 30 menit bisa mengolah 80 m3 limbah tinja menjadi 60 m3 air bersih. "Alat ini tiap hari mengolah 80 m3, kemudian menjadi air yang siap digunakan untuk utilitas 60 m3," ujar Sandiaga.
Kelebihan lainnya, yakni tidak diperlukan lokasi yang luas untuk menempatkan mesin PAL-Adrich Tech System ini.
"Simpel, mudah dioperasikan. Energinya (yang dihabiskan) tidak banyak. Pakai gelombang fisika. Investasinya juga tidak banyak. Dan operasionalnya sistemnya sangat simpel dan efisien," beber Sandiaga.
Sempat ingin mencoba meminum air olahan alat tersebut, namun dia menyebut air tersebut lebih disarankan untuk dipakai menyiram tanaman, MCK, atau pengisian kebutuhan air di gedung seperti AC yang jumlahnya sangat besar.
Sandiaga boleh berharap, namun sejatinya alat ini masih dalam tahap pengujian. Alat pengolah limbah yang biasa digunakan untuk industri tersebut saat ini sedang diuji coba untuk dikembangkan menjadi alat pengolah limbah domestik.
PD PAL Jaya menguji coba dengan menaruh alat tersebut di pusat instalasi pengolahan limbah tinja. Alasannya, alat tersebut perlu dites dengan limbah yang ekstrem sebelum digunakan pada limbah kimia.
"Kebetulan alat ini digunakan sebagai industri dan beberapa presentasi ke lokasi sana akhirnya diusulkan buat pengolahan di domestik. Yang biasa di industri dicoba di domestik. Kenapa kita langsung ke lumpur tinja? Karena memang dari ekstrem dulu," kata Dirut PD PAL Jaya Subekti di kantornya, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Senin (28/5/2018).
Dia kemudian menjelaskan cara kerja alat tersebut. Ia mencontohkan pengambilan limbah tinja dari Sungai Sentiong, Jakarta Pusat, yang diambil sebanyak dua tanki lumpur tinja, kemudian diolah dengan alat tersebut.
"Terus terang ini masih perlu percobaan beberapa kali. Kemarin kita letakkan di sana itu karena ekstrem. Sungai Sentiong gitu-gitu (dan lain-lain), kita ambil dua tanki lalu kita olah dengan alat ini," terangnya.
"Di Jakarta, ada dua pengolahan, di Duri Kosambi dan Bantar Gebang. Itu lumpur tinja yang kita olah, bukan pengolahan air limbah, tapi lumpur tinja," sambung dia.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa padatan dari hasil pengolahan limbah tinja pun dapat dimanfaatkan. PD Pal Jaya bersama STT PLN juga mengolah padatan dari limbah tinja sebagai briket.
"Lumpur tinja itu ada padatan dan cairan. Cairan sesuai baku mutu, padatan itu 8.000 ton meter kubik per tahun kita jadikan briket dan cukup prospektif. Satu kilo itu bisa nyala sampai dua jam. Abunya kalau dicampur semen itu kokoh untuk batu bata," ujar Subekti.
Advertisement
Menyulap Tinja untuk Cuci Muka
Produksi limbah tinja di Jakarta cukup tinggi. Dalam sehari, limbah tinja yang diangkut ke Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) sebanyak 150 truk atau setara dengan 300 meter kubik.
"Total di Jakarta itu rata-rata sekarang per harinya 150 truk. 150 truk itu ekuivalen dengan 300 (meter) kubik per hari," jelas Direktur Utama PD PAL Jaya, Subekti di kantornya, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Senin (28/5/2018).
IPLT yang berlokasi di Duri Kosambi dalam sehari mengolah 150 meter kubik. Limbah tinja yang dibuang ke IPLT Duri Kosambi bukan hanya limbah yang dibawa truk milik PD PAL, tapi juga truk-truk penampung limbah tinja milik swasta.
"Yang membuang ke sana truk swasta dan truk PD PAL. PD PAL punya 31 truk dan swasta punya 300-an truk," sebut Subekti.
Besaran limbah tinja yang dibuang biasanya meningkat di akhir pekan. Karena biasanya banyak keluarga melakukan sedot WC di akhir pekan.
"Fluktuatif kalau Sabtu dan Minggu. Bisa 100 truk, 125 truk. Rata-rata orang kalau sedot tinja di rumah pas mereka lagi di rumah (akhir pekan)," kata Subekti.
Pengolahan limbah dilakukan untuk mencapai baku mutu yang disyaratkan sebelum limbah tersebut dibuang ke dalam tanah. Dengan sistem baru yaitu Andrich Tech, PD PAL Jaya melakukan peningkatan kualitas hasil pengolahan.
"Sesuai dengan tugas dan fungsi PD PAL Jaya mengolah air limbah sampai ke baku mutu yang dipersyaratkan di lingkungan. Tentu sistem pengolahan ini tujuan kami untuk memperbaiki hasil olahan limbah. Jadi tidak diperuntukkan untuk air minum," jelas dia.
Ia menegaskan PD PAL tidak pernah bertujuan melakukan pengolahan limbah tinja untuk dijadikan air konsumsi atau air layak minum.
"Kami mencoba mengembangkan itu tujuannya pertama, memperbaiki hasil olahan limbah. Kedua, kita harapkan efisiensi pengolahan limbah. PD PAL tak punya intensi sampai ke air minum," pungkas Subekti.