Wisata Ramadan di Pesisir Jambi Jadi Perhatian Turis Asing

Arakan sahur Kabupaten Tanjabbar pernah mewakili Provinsi Jambi di Istana Negara 2011 lalu.

oleh Bangun Santoso diperbarui 30 Mei 2018, 17:15 WIB
Suasana arakan sahur saat Ramadan di Kota Kualatungkal, ibu kota Kabupaten Tanjabbar, Jambi. (Dok. Istimewa/B Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Ramadan menjadi bulan paling ditunggu umat Muslim di mana pun. Tak terkecuali di Provinsi Jambi. Berbagai jenis makanan hingga tradisi khusus mewarnai semaraknya Bulan Suci.

Di bagian pesisir timur Jambi, tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), ada tradisi khusus Ramadan yang sudah berlaku puluhan tahun. Tradisi itu adalah arakan sahur.

Arakan sahur adalah tradisi membangunkan warga untuk makan sahur. Setiap memasuki waktu sahur atau mulai sekitar pukul 03.00 WIB, puluhan warga mulai dari anak-anak hingga dewasa berkeliling kampung untuk membangunkan warga lainnya.

Hal seperti ini mungkin banyak dilakukan di tempat lain. Namun bedanya, di Kota Kualatungkal, ibu kota Kabupaten Tanjabbar, arakan sahur dilakukan menggunakan berbagai jenis alat musik. Bahkan arakan sahur di daerah ini sudah menjadi ajang kontes perlombaan antar kelompok warga selama Ramadan.

"Kali ini arakan tahun sangat ramai, ribuan warga berkumpul. Ada juga turis Belanda yang datang," ujar Ilham (34), salah seorang warga Kualatungkal, Sabtu malam, 26 Mei 2018.

Arakan sahur tersebut memang sudah menjadi agenda tahunan oleh Pemkab Tanjabbar. Kali ini, ada 16 peserta arakan sahur dari Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Betara.

Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanjabbar, Mardius mengatakan, bahwa arakan sahur ini sudah belasan tahun dilakukan.

Menurut dia, selain menjadi tradisi Ramadan, arakan sahur juga sebagai bentuk wisata religi yang unik. Bahkan sejarah telah mencatat, arakan sahur dari Tanjabbar pernah mewakili Jambi untuk bersaing secara nasional di Istana Negara.

"Saat itu pada tahun 2011 Tanjabbar sebagai perwakilan Jambi berhasil meraih juara empat nasional," kata Mardius.

Alunan musik mengiringi setiap kelompok arakan sahur. Berbagai hiasan khas Ramadan juga dipamerkan oleh setiap kelompok. Demi bisa melihat arakan sahur, ribuan warga bahkan sudah menyemut di jalan sejak tengah malam.

Setiap kelompok menampilkan berbagai kreativitas hingga sembilan gerobak. Setiap gerobak penuh dengan hiasan, mulai dari miniatur masjid hingga kaligrafi. Satu persatu peserta dilepas untuk mengelilingi Kota Kualatungkal.

Arak-arakan itu dimulai dari Rumah Dinas Bupati Tanjabbar kemudian berkeliling kota hingga finish di Simpang Siswa Lampu merah, Kota Kualatungkal.

Menurut Mardius ada lima kriteria yang akan dinilai dari setiap penampilan.

"Pertama maketnya, kedua musik, alat musik, barisan (kerapiannya), keindahan maketnya," kata Mardius.

Pemkab Tanjabbar menyiapkan hadiah khusus bagi juara I Rp 20 juta, juara II Rp 15 juta, juara III Rp 10 juta dan juara favorit Rp 5 juta.

Yang menarik adalah, pawai arakan sahur ini digelar setiap akhir pekan di malam minggu selama bulan Ramadan. Hingga puncaknya pada malam takbiran.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya