Tulisan di Jersey Baru Arsenal Bikin Politisi Belanda Meradang

Sayangnya, keberadaan 'Visit Rwanda' di lengan kiri jersey Arsenal membuat murka politisi Belanda.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 29 Mei 2018, 09:45 WIB
Lima hari lalu, Rwanda telah meneken kontrak selama tiga tahun bersama Arsenal. (Foto: Puma)

Liputan6.com, Amsterdam - Arsenal telah mengeluarkan jersey terbaru mereka untuk musim 2018/2019. Jersey anyar Meriam London, julukan Arsenal, masih didominasi warna merah.

Jersey utama mereka itu juga dikolaborasi dengan warna putih yang membentang dari bahu hingga lengan. Di bagian lengan kiri terdapat kata: "Visit Rwanda".

Lima hari lalu, Rwanda telah meneken kontrak selama tiga tahun bersama Meriam London. Mereka menempelkan logo pariwisata itu setelah mengeluarkan uang sebesar 30 juta euro per musimnya.

Kesepakatan itu tercipta demi memajukan pariwisata Rwanda, salah satu destinasi di daratan Benua Afrika. Melalui Arsenal, Rwanda ingin mengajak semua orang di dunia melupakan perang saudara yang pernah terjadi di negeri mereka.

Sayangnya, keberadaan "Visit Rwanda" di lengan kiri jersey Arsenal membuat murka politisi Belanda.


Politisi Belanda Kesal

Politisi Belanda, Joel Voordewind, mempertanyakan keputusan Rwanda mengeluarkan 30 juta euro kepada Arsenal. Padahal, menurutnya, Rwanda masih mengalami krisis finansial.

"Saya sangat kesal kepada Rwanda yang telah menghamburkan uang 30 juta euro untuk mensponsori klub Liga Inggris, padahal kami selalu membantu mereka dalam masalah finansial," kata Voordewind kepada Outlet VI dilansir dari Balls.Ie.

Kekecewaan juga diungkap politisi Belanda lainnya, Isabelle Diks. "Sebenarnya, lebih baik bagi Rwanda untuk meningkatkan taraf ekonominya." ujar Diks.

"Tetapi hal ini sangat saya sesalkan, terlebih mereka telah menghamburkan uang begitu banyak," katanya menegaskan.

 

 


Harapan Rwanda

Dengan bekerja sama dengan Arsenal, Rwanda berharap bisa mendapat keuntungan sebesar 440 juta dolar Amerika Serikat dari para turis. Di Rwanda, turis bisa melihat populasi gorila yang terancam punah di hutan-hutan mereka.

Pariwisata menjadi pendapatan terbesar di negara Afrika Timur tersebut. Mereka sedang berusaha menghapus citra buruk perang saudara di Rwanda pada 1994 yang menelan korban lebih dari 800 ribu jiwa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya