Kecerdasan Buatan Deteksi Kanker Kulit Lebih Akurat Ketimbang Dokter

Kecerdasan buatan ternyata bisa mendeteksi kanker kulit lebih akurat ketimbang dokter kulit, hal ini berdasarkan uji coba melalui pengenalan gambar.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 31 Mei 2018, 04:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan ternyata bisa mendeteksi kanker kulit lebih baik dan cepat dibandingkan dokter kulit (dermatolog).

Kini, tim peneliti dari Jerman, Amerika Serikat, dan Prancis tengah mengajari sistem Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) untuk membedakan jaringan kulit yang tumbuh abnormal (lesi kulit) melalui lebih dari 100 ribu gambar.

Sistem berbasis deep learning convolutional neural network atau yang disebut CNN itu diuji coba melawan 85 dermatolog dari 17 negara. Kecerdasan buatan pun ditunjukkan berbagai foto kondisi kulit malignant malanomass dan tahi lalat jinak.

Uniknya, setengah dari dermatolog yang menantang kecerdasan buatan sudah tergolong ahli dengan pengalaman lebih dari lima tahun.

Sementara, 19 persen di antaranya memiliki pengalaman antara dua hingga lima tahun. Kemudian, 29 persen di antaranya merupakan dermatolog baru dengan pengalaman kurang dari dua tahun.

"Kebanyakan dermatolog berhasil dikalahkan oleh kecerdasan buatan CNN," tulis tim peneliti dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Oncology, sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The Guardian, Kamis (31/5/2018).

Secara rata-rata, keakuratan dermatolog dalam mendeteksi kanker kulit lewat gambar mencapai 86,6 persen. Sementara, kecerdasan buatan memiliki tingkat akurasi hingga 95 persen saat mengenali gambar kanker kulit.

 


AI Lebih Sensitif

Kenali Gejala dan Jenis Kanker Kulit Sejak Dini

"Kecerdasan buatan lebih sedikit kegagalan dalam mendeteksi melanomas. Artinya, sistem tersebut memiliki sensitivitas lebih tinggi dibandingkan para dermatolog," kata salah satu peneliti dari University of Heidelberg Holger Haenssle.

Pada sisi lain, para dermatolog bisa lebih baik mendeteksi penyakit saat diberitahu lebih banyak informasi kesehatan kulit para pasien.

Tim peneliti menyebut, AI bisa sangat berguna untuk mempercepat dan mempermudah proses diagnosa kanker kulit. Dengan begitu, dokter bisa mengoperasi sebelum sel kanker menyebar.

Sekadar diketahui, setidaknya ada 232 ribu kasus baru penyakit melanoma. 55 ribu di antaranya menyebabkan kematian di dunia tiap tahunnya.

Melanoma ada di sebagian tubuh, misalnya di jari, kaki, dan kulit kepala. Penyakit ini agak sulit dideteksi dengan gambar, oleh karenanya sangat mungkin bila kecerdasan buatan kesulitan mengenali jenis penyakit ini.

"Saat ini tidak ada (deteksi) pengganti untuk pemeriksaan klinis menyeluruh," kata ahli bernama Victoria Mar dari Monash University.


Kecerdasan Buatan Bantu Pekerjaan Manusia

Di masa depan, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), mungkin saja kematian merupakan pilihan.

Teknologi-teknologi baru yang bermunculan tak dimungkiri akan mengubah masa depan dan akan memengaruhi seluruh pengalaman manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan peradaban.

Premis ini terlihat jelas di hasil riset tentang hubungan manusia dan mesin yang dilakukan Dell Technologies dan Institute for the Future (IFTF) yang melihat dampak serta implikasi teknologi terhadap masyarakat dan di tempat kerja.

Riset ini memprediksi bahwa ekosistem ekonomi sedang memasuki era baru kemitraan manusia dan mesin, dan dalam rentang waktu mulai sekarang hingga tahun 2030, manusia dan mesin akan bekerja sama lebih erat lagi dan mengubah hidup semua orang. Demikian prediksi Dell Technologies seputar teknologi 2018 antara manusia dan mesin dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com.

Dalam beberapa tahun ke depan, AI atau kecerdasan buatan akan mengubah cara kita menghabiskan waktu mengolah data.

Dunia usaha akan memanfaatkan AI untuk melakukan “tugas berpikir” berbasis data, sehingga mereka dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mengamati, berdebat, merencanakan skenario dan menguji setiap inovasi baru.

Kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) saat ini memimpin inovasi kecerdasan buatan, akan segera melihat sejumlah contoh nyata dari manfaat AI dalam realita bisnis.

Beberapa pakar menyatakan bahwa AI akan mengambil alih pekerjaan manusia, namun AI juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan membuka berbagai peluang baru bagi manusia.

Misalnya, akan ada tipe profesional TI baru yang khusus pada pelatihan dan pengaturan AI. Kawasan APJ akan menjadi pusat dari keahlian-keahlian tersebut, dimana AI akan menjadi keahlian utama tenaga kerja di masa depan.

Tugas berpikir AI akan menonjol di bidang kesehatan, pertanian, dan jasa keuangan. Bagi berbagai organisasi, tantangannya adalah membuktikan nilai bisnis dari teknologi AI dan memastikan mereka memiliki infrastruktur dan sumber daya manusia yang tepat.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya