Batang - Agrowisata Pagilaran, Kecamatan Blado, Batang, Jawa Tengah, merupakan tempat wisata perkebunan teh yang layak dikunjungi. Perkebunan teh seluas 1.130 hektare milik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum dalam waktu tidak lebih dari satu jam dari pusat Kota Batang.
Selain dapat menikmati pemandangan alam yang hijau dan asri, pengunjung juga bisa mengamati proses pembuatan teh di pabrik peninggalan Belanda yang masih terus beroperasi.
"Kawasan perkebunan teh Pagilaran adalah salah satu bukti sisa-sisa kejayaan penjajahan Belanda di masa lalu," ucap Direktur Utama Agrowisata Pagilaran, Rachmat Gunadi, di sela-sela press tour Kementerian Pariwisata di Batang, Jawa Tengah, belum lama ini.
Menurut Rachmad, agrowisata teh ini merupakan peninggalan zaman kolonial masih terawat dengan baik di Pagilaran. Salah satunya adalah bangunan rumah administratur pabrik yang berarsitektur khas Eropa.
Di samping itu, pengunjung juga bisa melihat bekas kereta gantung yang dulu digunakan oleh para sinyo dan noni Belanda untuk menikmati keindahan alam Pagilaran. Belum lengkap rasanya bila datang ke Pagilaran, tapi tidak mengikuti kegiatan tea walk pada pagi hari sambil menyaksikan terbitnya matahari di tengah hijaunya pepohonan teh.
Baca Juga
Advertisement
Karena itu, pengelola telah menyiapkan vila/homestay dan kamar bagi Anda yang ingin menginap. Bagi yang menginginkan privasi lebih dan berkantong agak tebal, bisa memilih menginap di vila/homestay.
Namun, apabila anggaran Anda pas-pasan, bermalam di kamar sewa dengan tarif yang lebih terjangkau juga bisa menjadi pilihan. Unggulan lainnya mulai air terjun, panorama sunrise, adventure, Museum Teh, karnaval, agrowisata teh, ekosistem perkebunan teh, trekking sampai bicycle.
Objek wisata sekitar Pagilaran yang bisa mendukung, ada Curuk Genting, Desa Wisata Prenten. Bagi pengunjung yang ingin menikmati teh, di agro wisata Pagilaran ini ada dua jenis, black tea dan green tea.
"Untuk produksi teh ini diproses di pabriknya di Batang black tea, dan Jati Walang dengan green tea," ujarnya.
Rahmat mengungkapkan, membangun agrowisata di sini mengalami pasang surut. Dilemanya ketika ada agrowisata di sini banyak orang dan sampah, juga masyarakat sembarang membuka warung.
"Akhirnya kita meminta masyarakat untuk ditempatkan di shelter-shelter khusus, untuk menjaga kebersihan dan ketertiban," katanya.
Setelah sama-sama tertib barulah pengelola serius untuk menggarap agrowisata Pagilaran, terutama mulai membangun restoran. Ke depan, pengelola akan membuat objek-objek pendukung mulai dari taman bunga dan area adventure atau petualangan.
Selain itu, Museum Teh akan diperbaiki, camping akan diubah konsep ke glamping, sedangkan outbound sudah ada di area wisata perkebunan teh tersebut. "Rencana pengembangan juga ke arah agrowisata, pengembangan glamping, taman bunga, renovasi kolam renang jadi spa, renovasi homestay, tempat parkir, fasilitas outbound, dan tea house," tegasnya.
Baca berita menarik dari KRJogja.com lain di sini.
Saksikan video pilihan di bawah ini: