Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan membangun Pusat Inovasi Makanan dan Minuman (PIMM). Hal ini dalam rangka menghadapi era revolusi industri 4.0.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan, dalam era industri 4.0, pemerintah telah memilih lima sektor industri yang akan menjadi fokus utama, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik.
Baca Juga
Advertisement
Untuk tahap awal, lanjut dia, Kemenperin akan menginisiasi pembangunan pusat inovasi di sektor makanan dan minuman. Pusat inovasi diharapkan menjadi triger dan akan dilanjutkan dengan pembangunan pusat inovasi pada empat sektor industri lainnya.
"Kita bertemu dengan Boston Consulting Group di Singapura, mereka punya model (pusat inovasi). Kita mau bangun model seperti itu khususnya untuk makanan dan minuman di awal," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Dia menjelaskan, pemilihan sektor makanan dan minuman didasarkan pada besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap ekonomi nasional. Pada 2017, industri makanan dan minuman berkontribusi lebih dari sepertiga dari total nilai produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas nasional, atau sekitar 34,33 persen.
Selain itu realisasi investasi sektor ini pada tahun lalu mencapai Rp 38,54 triliun untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan USD 1,97 miliar dari asing (PMA).
"Karena ini (industri makanan dan minuman) menjadi andalan industri kita," kata dia.
Selanjutnya
Sebagai inisiasi awal, pembangunan PIMM ini masih terbatas pada tahap manufacturing. Namun pada fase selanjutnya akan diperluas hingga ke hulu. Adapun komponen-komponen yang akan dibangun dalam PIMM ini, antara lain model factories, mobile labs, sensors, capacity building, assesment and benchmarking, serta akses terhadap ketersediaan teknologi.
Menurut Ngakan, kehadiran PIMM ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif guna menjawab kesiapan industri dalam negeri menghadapi era revolusi industri 4.0.
Dampak positif tersebut antara lain, memperkuat kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menghubungkan penyedia teknologi dengan praktisi industri, meningkatkan kapasitas SDM dan menjadi model fasilitas produksi yang lebih maju.
"Diharapkan implementasi industri 4.0 dapat meningkatkan kinerja dan daya saing industri makanan dan minuman," tandas dia.
Advertisement