Menolak Denuklirisasi, Korea Utara Justru Tawarkan AS Izin Buka Kedai Hamburger

Laporan intelijen baru-baru ini menyebutkan bahwa Korea Utara menolak melepas senjata nuklirnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Mei 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Laporan intelijen Amerika Serikat baru-baru ini menyimpulkan bahwa Korea Utara tidak berniat menanggalkan senjata nuklirnya dalam waktu dekat.

Temuan tersebut bertentangan dengan pernyataan Presiden Donald Trump yang menyebut bahwa Pyongyang bermaksud melakukannya di masa depan.

Trump dinilai terus berupaya agar pertemuannya dengan Kim Jong-un dapat terwujud, meski analisis CIA, yang konsisten dengan pendapat ahli lainnya, meragukan kemauan Korea Utara untuk menanggalkan senjata nuklirnya.

"Semua orang tahu mereka tidak akan melakukan denuklirisasi," kata salah satu dari tiga  pejabat intelijen yang mengungkap laporan tersebut seperti dilansir Nbcnews.com pada Rabu (30/5/2018).

Analisis CIA justru menyebutkan bahwa Kim Jong-un mempertimbangkan penawaran untuk membuka waralaba hamburger Barat di Pyongyang demi menunjukkan niat baiknya.

Itu menunjukkan Kim Jong-un tertarik berdamai dengan seorang presiden Amerika Serikat yang menyukai hamburger cepat saji, yakni Trump. Selama kampanye pilpres 2016, Trump mengatakan ia ingin bicara tentang senjata nuklir sembari makan hamburger dengan Kim Jong-un.

Chris Hill, seorang mantan duta besar AS untuk Korea Selatan pada hari Selasa mengatakan kepada MSNBC, "Jika Korea Utara tidak setuju terkait pernyataan bersama yang menjabarkan denuklirisasi, yaitu menyingkirkan senjata nuklir mereka, membiarkannya dikendalikan elemen internasional, maka saya rasa kita tidak bergerak terlalu jauh".

Pada Kamis 24 Mei, Trump mengumumkan pembatalan pertemuannya dengan Kim Jong-un yang semua dijadwalkan pada 12 Juni mendatang di Singapura. Namun, tidak lama kemudian, Trump kembali menyatakan bahwa rencana pertemuannya dengan pemimpin Korea Utara masih mungkin terjadi.

Kini, delegasi AS dilaporkan telah bertemu dengan pejabat Korea Utara di Zona Demiliterisasi (DMZ). Sementara itu, seorang pejabat intelijen senior Korea Utara diutus ke New York untuk membahas rencana pertemuan Trump dan Kim Jong-un.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Insentif yang Dapat Ditawarkan AS dan Korea Selatan

Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Laporan CIA tersebut muncul setelah seorang ahli nuklir terkemuka, Siegfried Hecker, yang pernah mengunjungi fasilitas nuklir Korea Utara menyatakan bahwa proses perlucutan senjata nuklir Pyongyang bisa memakan waktu selama 15 tahun.

Lebih lanjut, laporan CIA tersebut menjabarkan serangkaian insentif yang dapat ditawarkan AS dan Korea Selatan kepada Korea Utara untuk melucuti senjata, termasuk infrastruktur dan bantuan pertanian.

Laporan itu, seperti hampir semua produk intelijen terkait Korea Utara, menawarkan analisis dengan keyakinan rendah atau sedang, mengingat Pyongyang adalah target intelijen yang sangat sulit.

Di dalam laporan CIA tersebut, tidak dijelaskan merek hamburger mana yang kemungkinan dibuka di Korea Utara. Namun, kabar itu dinilai menunjukkan bahwa Kim Jong-un membuka diri untuk investasi Barat.

Laporan CIA yang baru, juga menyertakan kemungkinan Kim Jong-un juga akan menawarkan investasi terbatas lainnya terhadap AS di Korea Utara, khususnya di bidang infrastruktur.

Adapun AS dan Korea Selatan kemungkinan akan fokus pada pengiriman makanan --mungkin melalui PBB-- dan pembangunan pertanian lainnya, kata laporan itu. Warga negara Korea Selatan kemungkinan akan memimpin dalam pemberian bantuan ini.

Negeri Paman Sam juga dapat menawarkan insentif ekonomi, termasuk meringankan sanksi.

CIA dan Gedung Putih menolak mengomentari laporan tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya