Wall Street Parkir di Zona Positif karena Gejolak Politik di Italia Mereda

Gerakan Wall Street berbalik arah pada perdagangan Rabu setelah adanya tanda-tanda gerakan untuk membentuk pemerintahan koalisi di Italia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 31 Mei 2018, 05:05 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street berakhir menguat pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Indeks acuan S&P dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat presentase kenaikan harian terbesar sejak 4 Mei.

Salah satu pendukung penguatan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah meredanya gejolak politik di Italia dan juga lonjakan harga minyak.

Mengutip Reuters, Kamis (31/5/2018), Dow Jones Industrial Average naik 306,33 poin atau 1,26 persen menjadi 24.667,78. Untuk SP 500 naik 34,15 poin atau 1,27 persen menjadi 2,724,01. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 65,86 poin atau 0,89 persen menjadi 7.462,45.

Penguatan indeks acuan S&P 500 pada perdagangan Rabu mampu menghapus pelemahan yang telah dicetak pada Selasa ketika membukukan penurunan lebih dari 1 persen.

Kekhawatiran akan ketidakstabilan di Italia dan kemungkinan keluarnya negara tersebut dari zona Euro membuat investor memindahkan aset-asetnya ke instrumen safe haven sehingga menekan bursa saham.

Gerakan Wall Street berbalik arah pada perdagangan Rabu setelah adanya tanda-tanda gerakan untuk membentuk pemerintahan koalisi di Italia dan adanya seruan kepada Paolo Savona untuk menarik pencalonannya sebagai menteri ekonomi.

 


Sektor Energi

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Selain itu, kenaikan saham-saham di sektor energi juga menjadi pendorong kenaikan indeks acuan di bursa saham AS. saham-saham di sektor ini membukukan kenaikan terbesar dari 11 sektor utama di S&P 500.

Indeks energi naik 3,1 persen, kenaikan harian terbesar dalam 7 pekan karena harga minyak melonjak 2,2 persen.

"Perhatian pelaku pasar tertuju pada Italia. Ini menjadi sumber volatilitas tetapi seharusnya perhatian pelaku pasar tidak ke situ," jelas analis Edward Jones, Kate Warne.

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya