Liputan6.com, Jakarta - Meski Stephen Hawking sudah tutup usia, teori dan pernyataannya seputar ilmu sains dan 'akhir' dari dunia hingga kini masih terus menggaung.
Salah satu yang cukup mengejutkan adalah ramalannya soal Bumi yang kelak bakal berubah menjadi bola api raksasa.
Advertisement
Berbicara melalui siaran radio di Beijing, China, fisikawan kenamaan tersebut mengatakan bahwa populasi dan tuntutan kebutuhan energi yang melonjak akan mengubah dunia menjadi bola api yang berputar pada tahun 2600.
Dan satu-satunya cara agar bisa selamat adalah melarikan diri dari Bumi. Hawking mengatakan bahwa proyeknya, yang bernama "Breakthrough Starshot:, bisa menjadi langkah pertama dalam mengantisipasi bencana tersebut.
Ilmuwan Inggris ini berharap pesawat ruang angkasa kecil yang didorong oleh cahaya itu bisa mencapai Alpha Centauri dalam waktu yang tidak terlalu lama.
"Breakthrough Starshot bisa mencapai Mars dalam waktu kurang dari satu jam, atau mencapai Pluto dalam beberapa hari. Jika bisa melewati Voyager dalam waktu kurang dari seminggu, maka akan mencapai Alpha Centauri hanya dalam waktu 20 tahun," jelasnya seperti dilansir Metro pada Kamis (31/5/2018).
Hawking telah memperjuangkan Breakthrough Starshot menjadi sebuah proyek untuk mengirim pesawat antariksa ke Alpha Centauri dalam waktu 20 tahun.
Didukung oleh miliarder Internet Rusia, Yuri Milner, dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pesawat ruang angkasa mikroskopis itu akan melaju seperlima dari kecepatan cahaya.
Disebut juga dengan pesawat antariksa nano, Breakthrough Starshot didukung oleh pendorong yang ditenagai sinar.
Dengan fitur tersebut, Breakthrough Starshot kemungkinan bisa melesat 1.000 kali lebih cepat dan melakukan perjalanan ke Alpha Centauri hanya dalam waktu 20 tahun.
Jalan Pintas Menggapai Alpha Centauri
Seperti dilansir laman Tech Insider, Sabtu (16/4/2016), robot tersebut dirancang dalam bentuk pesawat antariksa yang didorong dengan kecepatan cahaya agar bisa mencapai area Alpha Centauri.
Meski begitu, Hawking belum bisa memastikan apakah ini memang akan menjadi 'jalan pintas' untuk menggapai Alpha Centauri atau tidak.
"Kami merancang pesawat antariksa robotik ini dengan bantuan sorot cahaya dan layar yang ringan. Dengan begitu, perjalanan ke Alpha Centauri bisa ditempuh dalam satu generasi,” kata Hawking.
Robot ini bahkan disebut-sebut memiliki bobot paling ringan, di mana menyematkan chip setipis wafer di dalam layar yang disimpan di dalam bodi robot.
Advertisement
Stephen Hawking Meninggal Dunia
Stephen Hawking meninggal dunia di usianya yang ke-76 tahun. Kabar duka tersebut sudah dikonfirmasi oleh keluarga Stephen Hawking.
Menurut informasi yang dilansir BBC, Rabu (14/3/2018), anak-anak Hawking, yakni Lucy, Robert, dan Tim Hawking sudah mengonfirmasi langsung kabar tersebut.
"Ayah tercinta kami telah meninggal dunia pada hari ini. Kami sangat berdukacita," kata Lucy.
"Ia adalah ilmuwan terhebat dan pria terbaik, yang mana karya dan warisannya akan terus hidup di dunia sains dan teknologi untuk bertahun-tahun lamanya," sahut Robert.
Diduga kuat, penyebab meninggalnya pria yang dikenal dengan teori di bidang fisika kuantum tersebut karena komplikasi penyakit sklerosis lateral amiotrofik.
Untuk diketahui, kiprah Hawking sebagai fisikawan ternama di dunia patut diapresiasi. Kontribusi terbesarnya di bidang fisika kuantum meliputi beberapa teori, mulai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking.
Selama beberapa tahun terakhir, Hawking mengungkap kalau ilmu dan teknologi bisa berpotensi mengancam manusia.
Dalam sebuah kesempatan, Hawking memperingatkan bahwa kemajuan ilmu dan teknologi dapat mengancam eksistensi manusia.
Reporter: Idho Rahaldi
Sumber: Dream.co.id
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: