Shell Siap Bangun Terminal LNG Senilai Rp 5 Triliun di Cilegon

Shell Indonesia akan membangun terminal LNG di Cilegon dengan total investasi sekitar Rp 5,58 triliun.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Mei 2018, 13:35 WIB
Petugas SPBU Shell mengisi bahan bakar mobil di kawasan bisnis Soewarna, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Kamis (19/4). Shell menambah SPBU di kawasan Bandara Soetta untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar berkualitas.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Shell Indonesia berencana membangun Terminal gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) di Cilegon, Banten. Keberadaan terminal tersebut diharapkan dapat menambah pasokan gas dan menggantikan penggunaan Solar sebagai sumber energi untuk industri di wilayah terseut. ‎

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pasokan gas untuk industri diperkirakan akan mengalami penurunan drastis pada 2026. Untuk mengantisipasi hal ini, maka Shell berniat membangun terminal LNG yang pasokannya diambil dari negara lain.

‎"Mereka laporan investasi untuk Terminal LNG di Cilegon.‎ Mereka minta dukungan, dengan melihat dari Sumatera untuk Cilegon pada 2026 kan mengalami penurunan (pasokan) cukup drastis," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (31/5/2018).

Achmad menjelaskan, selama ini pasokan gas untuk industri di Cilegon dipasokan oleh PGN dan anak usaha Pertamina‎, Pertagas. Namun kehadiran Shell dinilai tidak akan mengambil pasar dari kedua perusahaan pelat merah tersebut.

"Katanya dia tidak akan menggantikan itu (PGN dan Pertagas), tetapi dia akan menggantikan yang pakai Solar. Kan banyak industri yang pakai Solar. Supaya ada pilihan. Solar kan lebih mahal," kata dia.

 


Investasi USD 400 Juta

Petugas SPBU Shell mengisi bahan bakar sepeda motor di kawasan bisnis Soewarna, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Kamis (19/4). Shell menambah SPBU di kawasan Bandara Soetta untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar berkualitas.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Sigit, Shell siap mengeluarkan investasi senilai USD 400 juta untuk proyek ini. Selain itu Shell juga akan menggandeng pemain lokal dalam proyek tersebut. Nilai investasi itu setara dengan Rp 5,58 triliun (kurs Rp 13.951 per dolar AS).

"(Lahan?) Sudah, mereka akan joint venture dengan pemain dalam negeri. Masih menunggu (izin), tergantung diberikan izin importasi LNG-nya oleh Kementerian ESDM atau tidak," ungkap dia.

Sigit menyatakan, Kemenperin akan mendukung langkah Shell tersebut. Jika Kementerian ESDM segera memberikan izin, ditargetkan Terminal LNG tersebut segera dibangun dan bisa mulai beroperasi pada 2020.

"‎Kita kan costumer industry, jadi ya itu yang paling penting kita ada energinya, dari mana saja resources-nya. Sepanjang itu kompetitif dan bisa memberikan nilai kompetitif kepada industri sebagi bahan baku maupun energi," tutur dia.

Selain itu, dia berharap keberadaan terminal LNG ini mampu berdampak pada harga gas yang lebih kompetitif di dalam negeri.

‎"Kita harapkan bisa memberikan pilihan yang kompetitif bagi sektor industri. Kalau tidak kan nama laku," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya