Liputan6.com, Jakarta - Sepeda motor matik saat ini semakin populer terlebih dengan beragam teknologi dan desainnya yang kekinian.
Tak dipungkiri, motor matik kini sudah menggunakan Electronic Fuel Injection (EFI) atau injeksi. Dengan injeksi inilah, motor matik diklaim lebih irit dan menyempurnakan sistem pembakaran.
Baca Juga
Advertisement
Namun, bagaimana dengan perawatannya? Banyak yang menilai motor matik lebih rentan dalam hal kerusakan karena lebih sering ada penggantian onderdil.
"Kalau untuk motor sekarang, memang bagus untuk fisiknya bagus, tapi kualitasnya kurang. Kalau jaman dulu kan motor keluar, sparepart keluar. Kalau sekarang enggak. Motor keluar, barangnya gak ada. Jadi inden, inden terus. Kalau irit memang injeksi irit. Motor manual yang injeksi juga lebih irit, ramah lingkungan, gak ngebul," kata Toni, salah satu montir di bengkel Venus Motor, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (31/5).
Menurut Toni, jika motor matik rusak, kerusakan yang dialami akan lebih parah dibanding motor manual.
Selanjutnya
Tapi semua kembali lagi pada cara menggunakan dan rutinitas pemakai. Perawatan memang harus selalu rutin dilakukan, apalagi pergantian oli mesin dan transmisi harus tepat. Biasanya yang sering terjadi adalah penggantian belt motor matik.
"Kalau kita lepas kontrol untuk servis juga percuma, dia (matik) rusaknya lebih dari motor manual. Kalau ganti rantai keteng aja kita ganti kan normal, ini kalau matik merembet mulai dari roller, van belt (V-belt), kampas ganda," ujar Toni.
Ia mengatakan biaya perawatan motor matik memang lebih mahal dibandingkan motor-motor manual seperti Honda bebek yang biasa atau seperti motor GL.
"Harusnya habis Rp 200 ribu, bisa jadi Rp 800-900ribu itu sudah pasti. Lebih mahal perawatan matik. Kalau manual, rusak rantai keteng, ya rantai keteng saja yang diganti, halus lagi, normal sudah. Kalau motor sekarang, rusak satu, semua merembet," tutupnya.
Advertisement