Eksklusif Bos BEI: Bidik Perusahaan Rintisan untuk Lepas Saham ke Publik

Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengembangkan perusahaan rintisan (start-up) untuk makin besar sehingga dapat lepas saham ke publik.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Jun 2018, 08:00 WIB
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo, Jakarta, Rabu (16/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengembangkan perusahaan rintisan (start-up) untuk makin besar. Dengan mendukung perusahaan rintisan diharapkan dapat membantu perusahaan melepas saham ke publik. Hal itu dapat menambah pilihan bagi investor di pasar modal.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio menuturkan, pihaknya membuat inkubator untuk fasilitas perusahaan rintisan. BEI memberikan pelatihan kepada perusahaan rintisan sehingga dapat berkembang. BEI juga mengenalkan perusahaan rintisan tersebut kepada private equity dan angel investor. Selain di Jakarta, BEI juga akan buka inkubator di kota lain yaitu Bandung, Semarang, dan Medan.

Untuk melepas saham ke publik bagi perusahaan rintisan tersebut juga tidak mudah. Hal itu lantaran ada sejumlah aturan perlu diikuti seperti kinerja keuangan, aset, dan lainnya.

Lalu bagaimana BEI mendorong perusahaan rintisan untuk melepas saham ke public? Bagaimana hadapi kendala perusahaan rintisan untuk IPO? Tak hanya itu, bagaimana strategi BEI mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melepas saham ke publik?

Berikut wawancara Liputan6.com dengan Direktur Utama Tito Sulistio:

Bagaimana BEI dorong start-up untuk IPO?

Salah satu fasilitas start up punya program, mau jualan tidak perlu buka toko di Amerika Serikat, Jerman, buka online. Yang menarik start up lihat sukses satu gagal sejuta. Tapi kita sudah buka incubator kayak bayi dimasukkan ke inkubasi sampai dikasih susu. Inkubator anak-anak muda itu punya program, wifi tidak macet. Ganggu ibunya. Makanya tidak bisa.

Kami bikin satu tempat bisa kerja dengan tenang. Kami didik cara IT yang bagus. Ada cross fertilisation of ideas bisa ngobrol, mereka kita didik bikin perusahaan hukumnya, didik cara bikin proyeksi.

Kenalkan dengan angel investor, private equity. Ada 42 perusahaan di sini kami didik. Kami juga akan buka di Bandung, Semarang ,Medan. Intinya buka inkubator. Bagaimana dengan bursa? aturan mainnya sedang kami buka, perusahaan rugi sudah boleh.

Persoalannya ada satu yang masih ganggu, anak muda bikin, modal disetornya berapa. Ada unicorn modal disetor Rp 50 juta-Rp100 juta. Mereka masuk uang masuk ratusan miliar rupiah. Paling berharga dari perusahaan mereka itu program. Di beberapa negara dunia, progam bisa dikapitalisasi masuk modal. Saya bicara 1-1,5 tahun dengan IAI, PSAKnya kami program masuk modal. Maka modal naik itu mudah mereka initial public offering (IPO). Itu sekarang masih sedikit tertunda di market start-up di Indonesia untuk IPO.

Ada tidak perusahaan rintisan ditunggu investor dan pelaku pasar untuk IPO?

Banyak. Begini startup ditunggu bisa besar. Bukan ada tetapi banyak. Akan tetapi tidak semua startup beberapa sudah datang kemarin. Unicorn tiga. Sudah datang tetapi ada beberapa baru tahu, saya pengen saham tetap bisa kuasai golden share pegang satu saham, baru tahu. Saya baru untung lima tahun lagi. Well bicara Saya bicara minta dispensasi ke OJK misalnya.  Anda dua tahun operasi boleh rugi tapi dua tahun harus untung tetapi yang penting terbuka ke masyarakat masih ada ragu.  Ada satu nikmati cash flow karena tidak go public tetapi apapun mereka mereka akan IPO.

Karena investor bilang exit they have to. Persoalan waktu. Tidak punya pilihan. Investor marah tidak kalau tidak IPO. Exit bagaimana? IPO dan tempat untuk membuktikan the real value of company adalah bursa efek.

 

 


Menanti IPO BUMN

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo, Jakarta, Rabu (16/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagaimana dengan IPO BUMN?

BUMN driver utama pengembangan jumlah emiten. Sampai saat ini dari jumlah ipo yang sudah diakumulasi dananya Rp 140-Rp 150 triliun. Nomor satu BUMN, dua Bakrie. Selebihnya yang lain.

Benar-benar persoalannya, saya tidak suka hal ini. Benar-benar bargain itu sejak dikeluarkannya UU 19 Tahun 2003, UU BUMN. UU BUMN itu ada 13 pasal hambat orang bisa (BUMN) bisa IPO. Ada 25 langkah yang harus dilakukan sebelum masuk ke OJK dan BEI. Satu dari 25 langkah itu approval dari DPR.

Makanya dulu 13 perusahaan ipo sebelum 2003 dan 2015 baru 8 karena ada proses. Karena BUMN yang ipo anak perusahaanya bu Rini bikin holding. Mau tidak mau ada revisi 13 pasal itu. Hal itu membuat hambatan IPO BUMN.

Pemerintah harus usulkan revisi itu?

Pemerintah bisa usulkan dan DPR. DPR kaget juga. 25 langkah konseptual. Masuk APBN. Harus ada laporan masuk APBN. Bulan Maret lewat setahun. Belum proses, tetapi harus masuk APBN.

Harusnya tidak APBN untuk development beberapa negara dikelola lembaga privatisasi untuk bantuk UKM. 21 perusahaan (BUMN yang IPO-red) jumlah dividen naik, modal naik, keuntungan naik 3-4 tahun setelah IPO.

Tak ada riset mengatakan IPO itu membuat lemah, tidak. Survei di seluruh dunia bikin efisien industri. 1983 pertama kali Inggris privatisasi BP panggil nasional. Dipanggil privatisasi BP. Jumlah komplain meningkat. Komplain jadi banyak dulu kita tidak mau dikomplain.  Sekarang kompetisi dan service membaik. Ada saingan. Privatisasi meningkatkan service dan kualitas ke konsumen.

Ada BUMN IPO dan anak usaha BUMN IPO?

Agak sulit. Ada 9 targetnya (anak usaha BUMN IPO). Kita cuma bersi fasilitas. BUMN dengan tetap UU itu 25 langkah itu sulit dan hambat.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya