Data Upah Pekerja AS Membaik Picu Harga Emas Turun

Kenaikan upah, memperkuat ekspektasi jika Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya kembali pada bulan ini dan mempengaruhi harga emas.

oleh Nurmayanti diperbarui 02 Jun 2018, 06:00 WIB
Aksi jual terjadi dan kekhawatiran terhadap situasi ekonomi China membuat harga emas turun 0,5 persen menjadi US$ 1.153,60 per ounce.

Liputan6.com, London - Harga emas jatuh dipicu rilis data upah pekerja di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kenaikan dari perkiraan, didorong harapan jika Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga AS pada bulan ini, yang bisa mengangkat dolar.

Memang, harga logam mulia sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga, yang meningkatkan peluang bagi aset yang menawarkan imbal hasil dan menguatkan dolar.

Melansir laman Reuters, Sabtu (2/6/2018), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi US$ 1.295,19 per ounce. Sebelumnya harga emas sempat menggapai di atas US$ 1.300 per ounce.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus turun US$ 5,40, atau 0,4 persen menjadi US$ 1.299,3 per ounce. Harga emas di pasar Spot tercatat turun secara mingguan sekitar 0,5 persen. 

"Kenaikan treasuries naik, penguatan dolar dan tidak adanya berita geopolitik benar-benar mendukung emas saat ini," kata Philip Streible, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.    

Penguatan Dolar terhadap Euro dan imbal hasil Treasury melandai dari posisi tertinggi setelah laporan payrolls menunjukkan terjadi penambahan 223 ribu pekerjaan pada bulan lalu, jauh di atas harapan sebesar 188 ribu pekerjaan.

Kenaikan upah, memperkuat ekspektasi jika Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya kembali pada bulan ini.

Sementara Euro gagal mempertahankan kenaikan yang terjadi sebelumnya terhadap dolar setelah berakhirnya krisis politik di Italia yang telah mengguncang pasar minggu ini.

Namun, investor masih mencermati masalah perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya. Situasi perdagangan global yang memburuk bisa menguntungkan emas.

"Harga emas terus mengikuti dolar AS, meninggalkan emas pada posisi mata uang' daripada 'mode komoditas'," kata Julius Baer dalam sebuah catatan.

Adapun logam lainnya, perak meningkat 0,4 persen menjadi US$ 16,42 per ounce, tetapi menuju penurunan mingguan 0,5 persen.    

Harga Platinum naik 0,3 persen ke posisi US$ 903,90 per ounce dari sebelumnya mencapai US$ 1,005.40, tertinggi 10 hari dan menuju kenaikan mingguan sebesar 0,4 persen.

Harga Palladium naik 1,9 persen menjadi US$ 1,003.90 per ons, mencapai kenaikan mingguan 2,3 persen.


Kekhawatiran Gejolak Politik Italia Mereda, Harga Emas Landai

ilustrasi harga emas. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Harga emas bergerak mendatar pada perdagangan Kamis meskipun nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) tertekan. Selain itu, dipengaruhi pula karena meredanya kekhawatiran atas gejolak politik di Italia yang mampu mengangkat kurs Euro.

"Situasi (ketegangan politik) memudar. Kami tidak melihat banyak permintaan terhadap emas," kata Presiden Pasar Dunia di EverBank, Chris Gaffney.

Dikutip dari Reuters, Jumat (1/6/2018), dua partai anti-kemanapanan Italia berupaya membentuk pemerintah koalisi baru dan menghindari pemilihan umum atau pemilu yang ditakuti para investor yang akan berfungsi sebagai quasi-referendum keanggotaan Roma di zona Eropa.

Harga emas di pasar spot stagnan pada posisi USD 1.300,66 per ounce. Level tersebut turun hampir 1 persen pada bulan itu (Mei) menuju penurunan bulanan kedua berturut-turut.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni juga bergerak mendatar pada posisi USD 1.300,10 per ounce.

Harga emas mendapat tenaga sebelumnya karena penurunan dolar AS terhadap mata uang Euro. Sehingga harga emas lebih murah untuk investor non-AS. Obligasi Italia dan saham-saham di Eropa mencetak keuntungan.

Pengaruh lainnya yang mengerek harga emas sebelumnya adalah perang dagang antara AS dan negara lain. AS akan menjatuhkan tarif impor baja dan aluminium kepada Uni Eropa.

Uni Eropa tidak berharap adanya perang dagang. Namun akan merespons jika AS memberlakukan kebijakan tarif tersebut. Sementara China menegaskan siap melawan apabila AS memulai perang dagang tersebut.

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya