Liputan6.com, Bandung - Mengunjungi Situs Penjara Banceuy di Kompleks Pertokoan Jalan Banceuy, Bandung, seperti terbawa pada pusaran masa 29 Desember 1929. Saat Sukarno atau Bung Karno dituduh oleh penjajah akan menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda.
Bung Karno bersama tiga rekannya dari PNI, Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja akhirnya tertangkap di Yogyakarta. Keempatnya kemudian mendekam di penjara Banceuy selama 8 bulan.
Bangunan penjara Sukarno itu saat ini sudah berbeda dari masa penjajahan Belanda. Dulu, bangunan tersebut digunakan untuk menahan tahanan politik dan rakyat jelata. Kebebasan Sukarno dipersempit, bahkan dihilangkan.
Baca Juga
Advertisement
Namun, dalam situasi serba terbatas di ruang pengap ini, Sukarno, dengan bantuan istrinya saat itu, Inggit Garnasih berhasil menulis pledoi atau pembelaan yang sangat terkenal yang dibacakan di Gedung Indonesia Menggugat.
Kini, penjara itu sudah tak lagi terlihat dengan pandangan mata. Hanya ada pertokoan yang mengimpit sebuah bangunan mungil. Di antara toko-toko tersebut berdiri sel nomor 5, tempat Sukarno pernah ditahan karena aktif menyuarakan gerakan nasionalis Indonesia.
Sel berukuran sekitar 1,46 x 2,10 meter yang dipertahankan dan tak banyak diubah dari bentuk aslinya itu begitu terawat, bersih, dan nyaman. Kondisi itu tak terlepas dari kerja keras Ahmad (51) yang bertugas sebagai juru pelihara Situs Penjara Banceuy.
Selama 32 tahun hidupnya dihabiskan untuk sel itu, tiap detail sel itu dikenalnya dengan fasih. Bahkan, kedekatannya pada bekas sel Bung Karno semakin membuatnya mencintai bangunan cagar budaya itu.
"Pada usia 19 tahun saya telah menjadi penjaga rumah ini," ungkap dia saat ditemui, Jumat, 1 Juni 2018.
Berawal dari Penjaga Keamanan
Ahmad mengisahkan, pertama kali bertugas menjaga penjara Banceuy setelah bangunan ini mulai dirubuhkan pada 1983. Lalu, di atas lahan yang menyisakan satu sel itu dibangun sebagai kawasan pertokoan.
“Dulu itu saya ikut bekerja untuk keamanan di pertokoan ini. Penjaranya sendiri sudah dirububkan pada zaman orde baru,” ujarnya.
Setelah pembongkaran, disisakan sel nomor 5. Sementara di sekeliling sel dibangun kompleks Banceuy Permai.
"Saya jadi satpam dari 1983 sampai 1986. Ya, setelah kontrak kerja habis pun saya tetap menjaga sel ini," tuturnya.
Pria berambut putih dengan lipatan-lipatan penuaan di wajah ini pun hanya menerima bayaran sukarela setelah kontrak kerjanya habis.
"Dari 1986 itu saya dibayar sukarela. Tidak meminta, karena saya memang mencintai tempat ini," ucapnya.
Kecintaannya pada Bung Karno itu terlihat saat bangunan tersebut membutuhkan atap baru, ia rela merogoh koceknya dari hasil sumbangan pada 2006 silam.
Ahmad mengaku, pengabdiannya itu dilakukan karena sejak kecil ia telah mengidolakan sosok Sukarno.
"Sukarno itu bagi saya semangatnya luar biasa. Dia bisa hidup dari penjara ini dan menggagas kemerdekaan meski dalam tekanan," ungkapnya bersemangat.
Advertisement
Loyalitas kepada Bung Karno
Meski bukan pegawai dan bergaji tetap, Ahmad selalu ingin merawat sel penjara ini dengan kemampuannya bersih-bersih.
Sebagai juru pelihara situs, dalam tiga tahun terakhir ia sudah menerima biaya perawatan dari pemerintah kota Bandung.
"Satu bulan itu Rp 1 juta. Baru dinaikkan menjadi 1,5 juta. Itu bukan gaji karena saya bukan pegawai, tapi sebagai biaya perawatan," ucapnya.
Dia merasa bangga dengan menjaga situs penjara tersebut kerap menjumpai tokoh bangsa yang berkunjung ke sana.
"Saya senang jika ada yang mau berkunjung ke sini. Mengenal sejarah, merawat ingatan perjuangan bangsa," ucap pria asal Kuningan itu.
Situs Penjara Banceuy berada di Jalan Banceuy No 8, Kota Bandung. Selain sel, terdapat patung Sukarno sambil memegang buku dan pena yang terbuat dari perunggu.
Renovasi situs Penjara Banceuy dilakukan pada 2015 terkait dengan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika. Kini, situs Penjara Banceuy ramai dikunjungi warga saat akhir pekan atau hari libur.
Simak video pilihan berikut ini: