Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi Dilantik untuk Periode Jabatan Kedua

Presiden Mesir terpilih, Abdel Fattah Al-Sisi telah dilantik untuk periode jabatan kedua selama empat tahun pada Sabtu 2 Juni 2018.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jun 2018, 08:24 WIB
Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi (AP PHOTO / file)

Liputan6.com, Kairo - Presiden Mesir terpilih, Abdel Fattah Al-Sisi telah dilantik untuk periode jabatan kedua selama empat tahun.

Pelantikan itu dilaksanakan tepat dua bulan usai Sisi memenangi pemilihan presiden, di mana ia tidak menghadapi penantang yang kuat.

Seperti dikutip dari Xinhua (3/6/2018), Al-Sisi menjalani sumpah jabatan pada Sabtu 2 Juni di hadapan parlemen dengan pengamanan ketat di seluruh Kairo.

"Mesir berhasil melewati tahap yang sangat sulit menuju masa depan dengan stabilitas yang lebih mantap," kata Sisi setelah dilantik.

Sisi mengatakan, pemerintahannya akan berfokus pada reformasi ekonomi. Ia juga akan memberikan prioritas dalam empat tahun mendatang untuk masalah kesehatan, pendidikan dan budaya.

"Masalah pendidikan, kesehatan dan budaya akan menjadi prioritas saya melalui peluncuran sejumlah mega proyek dan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup warga Mesir," kata sang presiden.

"Memimpin sebuah negara seperti Mesir benar-benar hebat dan sulit," tambahnya dalam pidatonya.

Abdel Fattah Al-Sisi juga menekankan bahwa Mesir "akan melanjutkan upaya untuk mempromosikan hubungan internasional dan berbagai bentuk kemitraan."

"Mesir akan terus meningkatkan hubungan seimbangnya dengan semua pihak regional dan internasional, dalam kerangka kemitraan dan pertukaran kepentingan," katanya.

Mengacu pada berbagai segmen dan afiliasi keagamaan di Mesir, Presiden Sisi mengatakan bahwa "penerimaan dan penciptaan landasan bersama di antara kami akan menjadi prioritas utama saya untuk mencapai konsistensi, perdamaian sosial serta pembangunan politik."

"Saya seorang presiden untuk semua orang Mesir; orang Mesir yang setuju dengan saya dan termasuk mereka yang tidak," tambahnya.

"Saya tidak akan mengecualikan siapa pun, kecuali mereka yang memilih kekerasan, terorisme dan pemikiran ekstremis sebagai cara untuk memaksakan kehendak mereka," Abdel Fattah Al-Sisi menekankan.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Menang Dominan

Potret Abdel Fattah El-Sisi. Periode pemerintahan pertama El-Sisi dimulai pada 2014 setelah meraih 97 persen suara dalam pemilu (AP Photo/Amr Nabil)

Abdel Fattah Al-Sisi terpilih kembali sebagai Presiden Mesir setelah mengantongi 97 persen suara dalam pemilihan umum. Jumlah suara yang sama juga diraih Sisi saat terpilih empat tahun lalu. Namun jumlah pemilih tahun ini menurun.

Jumlah pemilih tahun ini turun menjadi 41 persen, meski sebelumnya dikabarkan telah dilakukan upaya untuk mendatangkan sebanyak mungkin orang ke bilik suara. Sejak penghitungan awal setelah berakhirnya pemungutan suara pada hari Rabu waktu setempat, Sisi nyaris dijamin menang telak.

Pemilu Mesir 2018 hanya menampilkan dua pilihan, yakni Sisi dan Moussa Mostafa Moussa, menyusul sejumlah kandidat lainnya yang "tersingkir". Sisi dengan tegas menyatakan, ia tidak terlibat upaya penyingkiran lawan-lawan politiknya dan ia justru menginginkan ada lebih banyak kandidat yang maju.

Seperti dikutip dari telegraph.co.uk, Selasa 3 April 2018, Komisi Pemilu Mesir mengatakan, pemungutan suara diadakan sesuai dengan "standar tertinggi integritas dan transparansi internasional".

Secara rinci, Sisi memenangkan 21,8 juta suara. Sementara rival utamanya hanya mampu meraih 1,8 juta suara.

"Menyaksikan rakyat Mesir dari seluruh lapisan masyarakat, sangat mengesankan dan menginspirasi," kata Sisi dalam pidatonya.

Kritikus berpendapat, menurunnya jumlah pemilih merupakan kemunduran potensial bagi Sisi yang melihat pemilu ini sebagai referendum atas kepresidenannya dibanding sebuah pemilihan umum sungguhan. Jumlah pemilih pada 2014 diketahui 47 persen.

"Pemilu mengungkapkan masalah yang jelas terkait dengan partisipasi dan keengganan orang muda untuk memilih," ungkap politisi, Mohamed Anwar Sadat. Ia merupakan salah satu kandidat yang mundur dari pencalonan menyusul intimidasi terhadap para pendukungnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya