IHSG Menguat, Saham Aneka Industri Jadi Pendorong

Sebanyak 134 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Kemudian 40 saham melemah dan 91 saham diam di tempat.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Jun 2018, 09:16 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham dia awal pekan ini. Saham aneka industri jadi pendorong terbesar.

Pada pembukaan perdagangan saham Senin (4/6/2018), pukul 09.00 WIB, IHSG naik 22,3 poin atau 0,37 persen ke posisi 6.005,8. Indeks saham LQ45 juga naik 0,54 persen ke posisi 958,75.

Sebagian besar indeks saham acuan kompak menguat. Sebanyak 134 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Kemudian 40 saham melemah dan 91 saham diam di tempat.

Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.009,77 dan terendah 6.001,20. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 10.482 kali dengan volume perdagangan 167,2 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 251,3 miliar.

Investor asing menjual saham Rp 13,6 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.862.

Sebagia besar sektor saham bergerak di zona hijau yang dipimpin sektor aneka industri yang naik 0,89 persen. Penguatan berikutnya dibukukan sektor infrastruktur yang naik 0,81 persen dan sektor keuangan yang melambung 0,78 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham TIRA naik 17,95 persen menjadi Rp 184, dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul saham ETWA mendaki 10,64 persen ke posisi Rp 104 per saham, dan saham RODA naik 9,38 persen ke posisi Rp 420 per saham.

Saham yang melemah antara lain saham BBLD turun 25 persen ke posisi Rp 282 per saham, saham SMBR tergelincir 12,97 persen ke posisi Rp 3.220 per saham, dan saham IIKP susut 10,7 persen ke posisi Rp 214 per saham.


Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Tarik Investor Asing Masuk ke RI

Dirut BEI Tito Sulistio. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengaku pasar sudah memprediksi jika Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suka bunga acuan. Kebijakan ini dinilai akan menarik masuk investor asing ke pasar domestik.

"Ini sudah diprediksi, makanya sebagai suatu penyesuaian, masuk dong asing ini. Ini kan mengharapkan modal asingnya tidak jadi lari karena yield kita tinggi. Moga-moga begitu, dan menurut saya ini kejadian," ujar dia di Gedung BEI, Kamis (31/5/2018).

Tito menambahkan kenaikan suka bunga acuan BI juga akan mempengaruhi keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) dalam melakukan rebalancing terhadap daftar emiten di indeks tersebut pada hari ini.

"Jadi kalau kamu lihat bursa pada 31 Mei hari ini, ini ada rebalancing dari MSCI. Selalu kejadian akan bergejolak hari ini. Walaupun invesment Exchange Traded-Fund (ETF) daripada indonesia di EIDO meningkat 2 persen, tapi yang pasti ini menarik, saham akan bergejolak, ini menarik," ujarnya.

Kata Tito, pasca rebalancing oleh MSCI tersebut baru kemudian bisa diketahui emiten mana saja yang tetap berada pada indeks serta emiten mana yang akan dikeluarkan oleh MSCI.

"Theoritically yes, mereka memang mau balancing hari ini. Dan saham apa saja yang dikeluarkan oleh MSCI, nanti bisa dilihat sendiri," tegasnya.

"Tapi kalau dilihat tahun lalu 31 Mei ini MSCI ditutup positif. Untuk hari ini belum tahu karena kan banyak kejadian di luar negeri selain MSCI, ada EIDO, bunga yang meningkat dan sebagainya," tandas dia.

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps juga menjadi 5,50 persen.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya