Liputan6.com, Jakarta - Dua kapal Angkatan Laut Jepang (JMSDF), JS Kashima dan JS Makinami berlabuh di Tanjung Priok pada Senin, 4 Juni 2018. Hal tersebut menjadikan Jakarta sebagai destinasi pertama (port of call) dalam rangkaian misi latihan pelayaran jarak jauh alutsista Negeri Sakura itu.
JS Kashima (training vessel) dan JS Makinami (Takanami-class destroyer) --yang membawa helikopter Sikorsky SH-60-- berlayar secara kolektif dengan nama Unit Latihan Pelayaran Luar Negeri JMSDF.
Kedua kapal dipimpin oleh Komandan Skuadron Latih, Laksamana Muda Hiroyuki Izumi, membawa 580 awak, dan sekitar 190 di antaranya adalah perwira muda yang baru lulus akademi.
Di samping melaksanakan latihan pelayaran jarak jauh bagi ratusan perwira muda, kedatangan dua kapal tersebut juga membawa misi lain; sebagai salah satu penanda perayaan 60 tahun hubungan diplomatik RI-Jepang, mempererat hubungan antar Angkatan Laut dan people-to-people contact kedua negara.
"Saya berpikir bahwa hubungan kedua negara sangat penting untuk kemakmuran masyarakat Asia. Oleh karenanya, saya yakin, port of call ini mampu memperdalam hubungan dan rasa saling pengertian kita," tambah Izumi di Tanjung Priok, Senin (4/5/2018).
Sementara itu, Komandan Lantamal III ALRI, Laksamana Pertama Denih Hendrata menggarisbawahi hal serupa.
"Mari jadikan lawatan ini mampu mempererat persaudaraan antara angkatan laut kedua negara, paralel dengan kerja sama yang kuat antara Indonesia dan Jepang yang telah terjalin selama ini," kata Denih.
Baca Juga
Advertisement
JS Kashima dan JS Makinami berangkat dari Jepang pada 21 Mei 2018 menuju Jakarta, di mana kedua kapal akan bersandar selama empat hari, dari tanggal 4 hingga 8 Juni 2018.
Selepas dari Jakarta, Unit Latihan Pelayaran Luar Negeri JMSDF itu akan berlayar ke Teluk Arab, menyambangi Uni Emirat, Bahrain, dan Saudi.
Dari Timur Tengah, dua kapal Jepang itu akan melintasi Terusan Suez untuk menuju Eropa Barat. Di Benua Biru, keduanya akan berlabuh di Spanyol, Inggris, Swedia, dan Finlandia.
Kemudian, keduanya akan menyeberangi Samudera Atlantik, menuju pesisir timur AS, Terusan Panama, dan Meksiko. Selepas itu, mereka akan menyeberangi Samudera Pasifik, singgah di Hawaii, hingga akhirnya kembali ke Negeri Sakura.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Dari Jepang ke Indonesia, Lewat Laut China Selatan
Laksamana Muda Hiroyuki Izumi mengatakan, sebelum JS Kashima dan JS Makinami tiba di Jakarta, kedua kapal sempat berlayar melintasi Laut China Selatan, kawasan maritim yang tengah disengketakan oleh Tiongkok dan banyak negara.
Unit Latihan Pelayaran Luar Negeri JMSDF itu pun berlayar di tengah meningkatnya laporan mengenai eskalasi militerisasi yang dilakukan Beijing di Laut China Selatan, di mana langkah itu menuai protes dari negara kawasan serta negara koalisi Barat seperti Australia, Amerika Serikat, dan Inggris.
Protes yang diutarakan pun selalu bernada serupa, mendesak adanya kebebasan bernavigasi (freedom of navigation) bagi kapal-kapal yang melintasi kawasan laut tersebut, serta meminta Tiongkok untuk menghentikan militerisasi dan klaim sepihak yang mereka lakukan terhadap Laut China Selatan.
Izumi pun menggarisbawahi hal senada, ia mengatakan, "Saya harap ada kebebasan navigasi di perairan itu dan kami ingin bekerjasama dengan Indonesia dan negara sekitar agar kebebasan bernavigasi di kawasan itu dapat tercapai."
"Tapi sejauh ini, ketika kami berlayar melewati kawasan itu, semua baik-baik saja."
Sementara itu, pada waktu dan kesempatan terpisah, AL Amerika Serikat menegaskan akan terus mengirim kapal-kapalnya ke dekat pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan. Hal itu diungkap oleh Menteri Pertahanan Jim Mattis, Selasa pekan lalu.
Mattis menekankan hal itu di tengah keluhan China tentang operasi kapal-kapal perang AS di kawasan maritim tersebut.
"Itu semua adalah operasi untuk menegaskan kebebasan berlayar, dan tampaknya hanya ada satu negara yang berusaha menolaknya atau menyatakan keberatan," kata Mattis seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis 31 Mei 2018.
Para pejabat AS mengatakan operasi kebebasan berlayar yang disingkat FONOP (Freedom of Navigation Operation), diadakan secara teratur dan terjadi di mana pun di seluruh dunia. Akan tetapi, FONOP yang paling baru ini terjadi pada saat-saat yang tegang dalam hubungan AS-China.
Departemen Pertahanan Amerika minggu lalu membatalkan undangan ke China untuk ikut dalam latihan maritim internasional menjelang akhir tahun ini, karena tindakan China yang memiliterisasi pulau-pulau di Laut China Selatan.
Laporan-laporan terbaru menunjukkan China telah memindahkan sistem pertahanan udaranya ke Kepulauan Spratly.
Advertisement