Liputan6.com, Jakarta Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), para pemimpin dunia diimbau untuk segera menangani masalah kapasitas di bandara, seiring meningkatnya permintaan perjalanan udara internasional.
Imbauan itu dinilai mendesak karena masih banyak infrastruktur industri penerbangan yang tidak memadai, khususnya di negara-negara berkembang.
Dikutip dari VOA Indonesia, Senin (4/6/2018), infrastruktur industri penerbangan, seperti bandara dan sistem pengawasan lalu lintas udara tidak mampu mengikuti pertumbuhan penumpang yang diperkirakan akan naik hampir dua kali lipat menjadi 7,8 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa bandara besar sudah mencari cara menangani krisis kapasitas, yaitu dengan mengatur jadwal waktu penerbangan. Selain itu, maskapai penerbangan diberikan hak untuk beroperasi pada jam tertentu.
IATA memperkirakan lalu lintas penumpang udara akan naik 6,5 persen tahun ini menjadi 4,36 miliar.
Sebelumnya, lalu lintas penerbangan global naik 7 persen serta 7,3 persen masing-masing pada 2016 dan 2017.
Simak video pilihan berikut:
Kebutuhan Bandara Baru
Sementara itu, menurut Kepala IATA, Alexandre de Juniac, masih ada kebutuhan untuk membangun bandara baru.
"Kita sedang dalam krisis kapasitas. Kita tidak melihat adanya investasi infrastruktur bandara untuk menyelesaikan masalah itu," kata de Juniac.
Dia menambahkan, makin banyak pemerintah yang tidak memiliki dana cukup, menunjuk perusahaan swasta untuk meningkatkan kapasitas bandara.
Namun, dia juga memperingatkan negara-negara untuk berhati-hati soal swastanisasi bandara karena banyak kasus yang "tidak memenuhi harapan maskapai penerbangan".
Advertisement