Liputan6.com, Garut - Sekitar 10 hari menjelang Lebaran 2018 atau Idul Fitri 1439 Hijriah tiba, bisnis permak pakaian mulai menjamur di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Para penjahit rumahan, rela turun gunung berjejer di pinggir jalan, demi mendapatkan berkah musiman bisnis itu, yang terbilang menggiurkan buat mereka.
“Kalau mau lebih banyak nanti sepekan mendekati lebaran, saya biasanya enggak ketahan (menerima orderan),” ucap Eman Sulaeman, (50), penjahit jasa permak pakaian di Jalan Pataruman, saat ditemui Liputan6.com, Senin sore, 4 Juni 2018.
Menurutnya, jasa permak pakaian baik baju atau celana menjelang Lebaran atau Idul Fitri cukup menggiurkan, selain waktunya relatif singkat, hanya sekitar 10-15 menit per satu baju atau celana yang dipotong, upah yang ia terima pun terbilang lumayan Rp 10 ribu per potong pakaian.
"Kalau hari biasa paling Rp 5 ribu, bahkan ada yang hanya memberi Rp 3 ribu per pakaian,” ujar penjahit asal Gendeng, Kelurahan Sukajaya, Tarogong Kidul itu.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini, rata-rata per hari, ia mampu memermak hingga 6-8 pakaian. Namun, sepekan mendekati Lebaran, orderan itu bisa naik hingga dua kali lipat. "Kadang lebih dari 20 potong, tapi ya namanya juga usaha juga hanya 10 potong," ujarnya.
Endang, (40) penjahit musiman lain menambahkan, datangnya musim Lebaran memang bak durian runtuh bagi mereka. Belasan hingga puluhan orderan pakaian baru yang tidak sesuai ukuran, datang silih berganti hanya untuk permak.
"Paling banyak biasanya potong celana jeans, akibat ukurannya kepanjangan atau kegedean bagian pinggang," tutur dia.
Namun, tak jarang pula order mendesain ulang baju menghampiri penjahit, agar ukuran pakaian sesuai dengan badan konsumen saat dipakai untuk Lebaran. “Ya kita harus segala bisa, biasanya ibu-ibu yang memiliki badan besar lumayan rumit kalau meminta mengecilkannya (pakaian)," ungkap dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Solusi Singkat di Waktu yang Tepat
Bagi warga yang memiliki masalah dengan pakaian yang akan digunakan, kehadiran mereka cukup membantu. Indra (25), warga Jayaraga, misalnya, mengaku terbantu dengan adanya jasa permak pakaian ini. "Sebenarnya mau ke tukang jahit rumahan atau tailor, tapi kan sudah pada penuh," kata dia.
Akhirnya sebagai solusi tercepat adalah mendatangi mereka untuk melakukan perbaikan terhadap pakaian yang akan digunakannnya. "Kebetulan celana jeans saja agak kepanjangan sedikit," ujar dia sambil menunjukan celana yang akan dipotongnya.
Tak ayal dengan besarnya peluang itu, terhitung sejak dua dekade lalu, ia memulai bisnis itu bersama rekannya. Kendati, setiap tahunnya, jumlah penjahit musiman permak pakaian selalu bertambah.
"Awalnya ada sekitar tiga orang, sekarang kurang lebih ada 20 (penjahit) sepanjang jalan ini,” ujar dia menunjukkan Jalan Pataruman, salah satu pusat permak pakaian di Garut.
Endang mengakui, besarnya pendapatan yang ia kantongi menjadi salah satu sebab membanjirinya bisnis permak pakaian saat ini. Bahkan, pendapatan Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu mampu ia kantongi tiap hari, dari bisnis itu saat mendekati Lebaran.
"Kadang ada yang ngasih (upah) Rp 20 ribu, bahkan ada memberi Rp 100 ribu per tiga potong, tergantung orangnya," tuturnya.
Meskipun waktunya terbilang singkat, besarnya potensi bisnis permak pakaian menjadi daya tarik bagi penjahit rumahan. Tercatat selain di Jalan Pataruman, Tarogong Kidul, pangkalan lain yang banyak dijumpai penjahit musiman permak pakaian adalah sepanjang Jalan A Yani, Garut Kota.
Hampir di sepanjang pusat Kota Garut itu, para penjahit musiman permak pakaian itu rela berderet di beberapa titik untuk mengadu nasib menjemput rezeki. Berkah dari para konsumen yang ingin memperbaiki pakaiannya untuk Lebaran itu.
Advertisement