Liputan6.com, Jakarta Penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong belanja, sedotan, dan botol minum oleh masyarakat terus meningkat. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak tahu efek sampah plastik yang dihasilkan karena dampaknya ada di lautan.
"Masyarakat kota tidak melihat dampak sampah plastik secara langsung, karena dampaknya ada di lautan," kata Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi saat dihubungi Liputan6.com Selasa (5/6/2018).
Advertisement
Kehadiran sampah plastik di lautan, membuat biota laut seperti ikan dan penyu terjebak plastik. Bahkan, ada juga hewan laut yang mengonsumsi plastik.
Oleh karena itu, Greenpeace Indonesia berharap masyarakat bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Misalnya dengan membawa kantong belanja sendiri, membawa tumbler atau tempat minum sendiri, dan memakai sedotan berbahan bambu atau stainless steel.
"Mengubah perilaku tersebut tidak bisa dalam waktu cepat, tapi minimal kita sudah mulai pelan-pelan," kata Atha lagi.
Saksikan juga video menarik berikut:
Perlu dukungan sistem
Tingginya penggunaan plastik sekali pakai di Indonesia disebabkan adanya sistem yang memudahkan masyarakat untuk menggunakan benda tersebut. Misalnya saat berbelanja di toko-toko, hanya beli 1-2 barang akan dimasukkan ke dalam kantong plastik.
"Masyarakat menggunakan karena ketersediaan plastik sekali pakai banyak," kata Atha lagi.
Oleh karena itu, Greepeace Indonesia berharap ada sistem untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
"Misalnya kebijakan atau regulasi yang dilakukan oleh pemerintah. Serta penerapannya oleh model bisnis yang ditawarkan oleh korporasi besar," katanya.
Advertisement