Meski Dolar AS Perkasa, Industri Manufaktur RI Akan Tetap Bergeliat

Kemenperin optimistis industri manufaktur Indonesia terus tumbuh meski dihajar berbagai sentimen negatif.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Jun 2018, 14:32 WIB
Pelepasan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) menggunakan kapal besar (Direct Call) pembawa kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5). Produk yang diekspor adalah barang manufaktur. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis sektor industri manufaktur akan terus tumbuh, meski saat ini banyak hambatan kinerja karena situasi internasional. Salah satunya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Haris Munandar mengungkapkan, penguatan dolar AS juga memberi pengaruh cukup besar pada impor bahan baku, contohnya ketika Indonesia mendorong kapasitas produksi. Hal ini secara otomatis akan mendorong impor, apalagi saat ini laju impor lebih cepat dari ekspor.

“Saat ini, komposisi bahan baku dan bahan penolong sektor industri sebesar 75 persen berasal dari impor. Kemenperin terus berupaya mendorong agar ekspor juga cepat, orientasi kita saat ini untuk bisa menghambat impor terkait produk jadi,” kata Haris dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (4/6/2018).

Menurut Haris, selain dukungan ketersedian bahan baku dan regulasi pemerintah, industri harus mampu berinovasi agar tidak terlalu dibanjiri impor.

Industri harus siap berkompetisi dengan importir untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap asing. Kompetisi ini dinilai efektif untuk mengurangi angka impor sekaligus meningkatkan kualitas barang dalam negeri.

“Kita punya beberapa program, salah satunya saat ini sedang dikembangkan penggantian bahan baku yang selama ini impor seperti kapas, melalui pengembangan industri rayon dari kayu yang diproses sehingga bisa jadi bahan baku testil pengganti kapas. Ini akan mendorong penguatan industri hulu dan bisa kurangi ketergantungan pada impor,” kata Haris.


Selanjutnya

Di BMW Production Network 2, Gaya Motor mampu merakit hingga 6 unit All-New BMW 730Li per hari, Jakarta, Rabu (30/11). Perakitan mobil ini juga didukung para ahli manufaktur dari Jerman. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Haris melanjutkan, saat ini seluruh sektor industri dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah sehingga akan tercipta pemerataan ekonomi. Kemenperin juga tengah mendorong industri kecil dan menengah (IKM) yang bisa mendukung kawasan industri melalui sentra IKM.

“Diharapkan IKM ini dapat mendukung manufaktur skala besar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dan menguatkan rantai pasok sektor industri di dalam negeri agar semakin produktif dan berdaya saing. Contohnya sentra industri IKM Karawang yang mendukung industri besar seperti industri komponen otomotif yang bisa dikerjakan oleh IKM,” tutur Haris.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya