Australia Protes Pemaksaan China Terhadap Maskapai Qantas

Protes keras terhadap kebijakan China itu langsung disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Australia.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Jun 2018, 06:54 WIB
Penerbangan Bersejarah Non-Stop Australia ke Inggris Mendarat di London (Qantas Airlines)

Liputan6.com, Canberra - Maskapai penerbangan terbesar Australia, Qantas, mengatakan segera mengubah deskripsi Taiwan di situsnya, menjadi bagian dari wilayah kedaulatan China, setelah muncul tekanan dari Beijing.

Otoritas penerbangan Negeri Tirai Bambu baru-baru ini meminta agar Qantas, dan puluhan maskapai penerbangan internasional lainnya, mengubah deskripsi pada situs resminya bahwa Taiwan, Hong Kong, dan Makau adalah bagian dari wilayah China.

Dikutip dari CNN pada Selasa (5/6/2018), permintaan yang "bernada tekanan" itu menuai kritik keras dari pemerintah Amerika Serikat, Taiwan, dan kini Australia.

CEO Qantas Alan Joyce mengatakan kepada wartawan di Sydney pada hari Senin, 4 Juni 2018, bahwa perusahaannya memenuhi permintaan Beijing. "Tujuan kami adalah untuk memenuhi persyaratan, karena kami memiliki kepentingan bisnis di sana," katanya.

Otoritas Penerbangan Sipil China memberi batas waktu hingga 25 Mei lalu, agar seluruh maskapai penerbangan asing yang memiliki rute ke destinasi di China, untuk memenuhi permintaan kontroversial tersebut.

Disebutkan oleh pemerintah China, bahwa 18 dari 44 maskapai penerbangan asing yang dikirimi surat pemberitahuan terkait, telah memperbaiki situs resmi mereka, dan sementara 26 lainnya meminta perpanjangan waktu.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyuarakan keprihatinan tersebut pada hari Selasa.

"Perusahaan swasta harus bebas melakukan operasi bisnis mereka, bebas dari tekanan politik pemerintah," kata menlu Bishop dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa "keputusan tentang bagaimana Qantas membangun situs webnya adalah masalah manajemen perusahaan."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


China Kian Menuntut

Ilustrasi (iStock)

Sementara itu, China kian menuntut dunia internasional untuk sepaham dengannya, bahwa Taiwan adalah bagian integral dari negara berhaluan sosial komunis tersebut.

Qantas mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pihaknya masih memiliki "beberapa kompleksitas untuk memenuhi permintaan itu, karena berhubungan dengan adapotasi teknologi yang mendukung situs resmi perusahannya.

Saat ini, situs resmi Qantas merujuk Taiwan sebagai wilayah mandiri, di mana destinasi menuju Taipei misalnya, ditulis sebagai "Taipei, Taiwan" bukan "Taipei, China".

Penulisan tersebut juga diterapkan pada dua wilayah otonomi khusus, Hong Kong dan Makau, yang tidak mencantumkan "China" di keterangannya.

Selain itu, China juga diketahui meningkatkan tekanan internasional untuk mengisolasi Taiwan.

Daftar merek internasional yang terus bertambah --termasuk jaringan hotel Marriott (MAR) dan merek busana Gap (GPS)-- telah dipaksa untuk meminta maaf dalam beberapa bulan terakhir karena tidak mengikuti imbauan Negeri Tirai Bambu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya