Pasukan Gurkha Akan Kawal Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura

Singapura akan mengerahkan pasukan khusus Kontingen Gurkha untuk mengamankan pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un pada 12 Juni 2018 mendatang.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Jun 2018, 08:15 WIB
Kontingen Gurkha Singapura (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Singapura - Kepolisian Singapura akan mengerahkan Kontingen Gurkha untuk mengamankan pertemuan bersejarah antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 12 Juni 2018 mendatang.

Menurut laporan seorang pejabat anonim yang memahami detail keamanan pertemuan itu, personel Kontingen Gurkha akan mengamankan lokasi pertemuan, hotel para delegasi, serta jalan di sekitarnya. Demikian seperti dikutip dari Kathmandu Post, Rabu (6/6/2018).

Kontingen Gurkha (GC) adalah departemen khusus di bawah naungan Kepolisian Singapura, yang beranggotakan para Gurkha, pasukan berkewarganegaraan Nepal.

Gurkha secara harafiah berarti "orang-orang dari Nepal", yang mengambil namanya dari orang suci Hindu Abad ke-18, Guru Gorakhnath.

Negara-negara eks persemakmuran Inggris --salah satunya Singapura-- sejak lama telah merekrut Gurkha untuk menjadi unit pasukan khusus. Hal itu dilakukan karena tradisi peninggalan era kolonoalisme Britania Raya bagi kalangan negara persemakmuran.

Kendati demikian, dalam melaksanakan tugasnya, Gurkha terkenal akan kualitas tinggi yang konsisten di kalangan komunitas angkatan bersenjata negara perekrut, terutama karena keberanian dan kekuatan orang-orang Nepal itu.

Di Negeri Singa, Kontingen Gurkha (GC) dilatih untuk menjadi sangat terampil dan dipilih untuk menunjukkan disiplin dan dedikasi yang kuat dalam tugas-tugas mereka. Saat ini, peran utama GC adalah menjadi komponen pasukan khusus dan unit kontra-teroris bagi Kepolisian Singapura.

Bak unit pasukan khusus pada umumnya, GC jarang sekali terlihat di lokasi publik Singapura.

Namun, beberapa waktu terakhir, GC lebih terlihat dari biasanya di mana mereka bertugas mengamankan Hotel Shangri-La yang menjadi lokasi konferensi keamanan atau Shangri-La Dialogue. Dialog itu menghadirkan Perdana Menteri India Narendra Modi, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dan menteri pertahanan di kawasan sekitarnya.

Kini, mereka direncanakan akan mengawal salah satu perhelatan yang cukup penting, KTT Korea Utara - Amerika Serikat yang mempertemukan Presiden Donald Trump dan Chairman Kim Jong-un di Singapura.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Salah Satu Pasukan Terbaik di Singapura

Kontingen Gurkha Singapura (Wikimedia / Creative Commons)

Menurut laporan narasumber yang anonim, Kontingen Gurkha yang akan bertugas mengamankan KTT Korea Utara - AS akan dilengkapi dengan pelindung tubuh, senapan tempur FN SCAR buatan Belgia, pistol, dan tentunya Khukuri, belati khas Gurkha.

Tim Huxley, pakar studi angkatan bersenjata dari International Institute for Strategic Studies (IISS) menyebut bahwa Kontingen Gurkha adalah salah satu unit pasukan yang terbaik di Singapura.

"Mereka adalah salah satu yang terbaik yang dapat ditawarkan Singapura, dan saya yakin mereka akan terlibat di KTT puncak," kata Huxley.

"Dan tuntutan untuk mengamankan perhelatan penting semacam itu adalah salah satu jenis operasi khusus yang Gurkha tangani."

Sebuah warisan dari era kolonial Inggris, Kontingen Gurkha mencapai tingkat kepopuleran yang cukup tinggi pada masa kepemimpinan Singapura yang pragmatis pada Abad ke-21 ini.

Kini, Singapura sudah merekrut dan membayar resimen elit tentara dari Nepal selama lebih dari 200 tahun.

Dulu lawan, sekarang kawan, Gurkha sempat mengalahkan pasukan Kerajaan Inggris pada Anglo-Nepalese War pada abad ke-19, dalam proses kolonisiasi dan monopoli perdagangan rempah yang dilakukan Britania di Asia Selatan.

Kagum akan semangat tempur dan kemampuan bertarung Gurkha, Kolonial Inggris mulai merekrut mereka. Sekarang Gurkha telah direkrut di bawah naungan tentara Inggris, India dan Nepal, Brunei dan Singapura.

Mereka telah bertempur di banyak perang yang melibatkan Inggris dan negara persemakmuran, seperti Perang Dunia I dan II, konflik Falklands dan, baru-baru ini, di Afghanistan.

Beberapa di antara mereka juga dikirim menjadi pasukan perdamaian PBB di bawah UN Peace Keeping Force.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya