Berkendara Dekat Bus dan Truk Mending Mengalah Saja, Ini Alasannya

Bahkan, sopir truk ataupun bus tidak segan-segan mengorbankan satu nyawa pengendara dibanding mengorbankan nyawa seluruh penumpang.

oleh Arief Aszhari diperbarui 07 Jun 2018, 13:08 WIB
Personel darurat memeriksa kondisi bus sekolah yang bertabrakan dengan truk sampah di Interstate 80, Mount Olive, New Jersey, Kamis (17/5). Ada 45 orang berada di dalam bus, yakni tujuh orang dewasa dan 38 siswa. (Bob Karp/The Daily Record via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Saat melakukan perjalanan mudik lebaran, baik menggunakan mobil atau motor pastinya bersinggungan dengan bus dan truk besar. Jika sudah begitu, dengan mengendarai kendaraan yang lebih kecil, pengendara sebaiknya mengalah.

Baru-baru ini beredar pesan berantai, di percakapan elektronik, terkait kenapa harus mengalah pada bus dan truk besar. Bahkan, sopir truk ataupun truk tidak segan-segan mengorbankan satu nyawa pengendara dibanding mengorbankan nyawa seluruh penumpang.

Lalu sebenarnya, jika dilihat dari segi safety driving, bagaimana sikap pengendara saat bersinggungan dengan bus atau truk besar?

"Sebetulnya, pesan berantai tersebut hanya penggiringan opini agar truk dan bus besar diberi prioritas. Mereka ingin seperti kereta api, yang memang jika ada halangan tidak mengerem, tapi kan memang itu ada jalan khusus, berbeda dengan bus atau truk besar," ucap Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/6/2018).

Meskipun begitu, pria ramah ini tetap menyarankan agar mengalah jika berdekatan dengan bus dan truk besar. Dengan berbagai alasan, sebaiknya mobil kecil, terlebih sepeda motor, menjauhi kendaraan besar tersebut.

"Memang kalau pengemudi bus atau truk besar susah melihat kendaraan kecil, karena blindspot-nya besar. Jadi, jika mereka meminta jalan, dengan klakson, sebaiknya sabar dan dikasih jalan saja," pungkasnya.


Penelitian Ini Buktikan Sopir Sering Abai Selama Perjalanan

Sopir yang abai selama perjalanan dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Berdasarkan hal ini, Peugeot mengadakan penelitian untuk mengetahui seberapa lama sopir meleng ketika mengemudi.

Hasilnya cukup mengejutkan, dalam satu jam perjalanan dalam kota, setidaknya sopir tidak memperhatikan jalan saat berkendara sejauh 3,2 km. Angka tersebut didapat menggunakan sistem eye-tracking.

Pabrikan asal Prancis tersebut mengumpulkan data dari 25 perjalanan yang mirip sejauh 9,6 km. Pengemudi menggunakan kacamata khusus agar dapat dilacak oleh sistem sistem eye-tracking.

Rata-rata, pengemudi tidak memperhatikan jalanan selama 7 persen. Jika satu jam perjalanan dengan kecepatan rata-rata 48,2 km/jam. Artinya, sopir tidak memperhatikan jalan sejauh 3.350 meter.

Studi ini menjadi bahan untuk menguji sistem i-Cockpit yang memiliki lingkar kemudi lebih kecil, dan posisi panel instrumen lebih tinggi agar lebih mudah dilihat oleh mata.

i-Cockpit yang terpasang di Peugeot 3008 terbukti dapat mengurangi tingkat distraksi sebesar 2 persen. Artinya, sopir fokus ke jalanan sebesar 95 persen. Penempatan panel instrumen yang setara dengan garis pandang membuat sopir melihat kecepatan di speedometer tiga kali lebih banyak dibanding SUV lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya