Perusahaan Ini Larang Karyawan Pakai WhatsApp dan Snapchat

Perusahaan pemasok komponen otomotif asal Jerman telah melarang karyawannya menggunakan aplikasi WhatsApp dan Snapchat dari ponsel milik perusahaan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 07 Jun 2018, 18:00 WIB
WhatsApp. telegraph.co.uk

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pemasok komponen otomotif asal Jerman Continental AG melarang karyawannya menggunakan aplikasi WhatsApp dan Snapchat dari ponsel milik perusahaan.

Dalam keterangannya, perusahaan menyebut larangan penggunaan WhatsApp akan diterapkan sesegera mungkin.

Mengutip CNBC, Kamis (7/6/2018), pelarangan ini berkaitan dengan kekhawatiran atas keamanan data, terutama data yang disimpan di daftar kontak smartphone atau tablet perusahaan.

"Layanan WhatsApp dan Snapchat, telah mengalami kemunduran terutama dalam kaitannya dengan perlindungan data. Kedua layanan mengakses data pribadi pengguna dan berpotensi mengumpulkan kontak hingga informasi dari pihak ketiga," demikian keterangan perusahaan.

Sebelumnya, Eropa mengumumkan undang-undang privasi data yang baru, yakni GDPR pada 25 Mei 2018. Undang-undang baru ini membatasi perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook untuk mengumpulkan dan mengelola data pribadi penggunanya.

Sebagai perusahaan, Continental khawatir bahwa hal tersebut bisa terkena undang-undnag baru. Menurut perusahaan Jerman tersebut, tanggung jawab dan kepatuhan telah dialihkan ke pengguna aplikasi.

Perusahaan juga mengklaim untuk memenuhi persyaratan GDPR, di mana pengguna platform messenger harus menghubungi semua orang di daftar kontak mereka.


Tanggapan Snapchat

Logo snapchat. (businessinsider.com)

"Hal-hal tentang perlindungan data ini bukanlah risiko yang akan kami ambil," kata perusahaan dalam keterangannya.

CEO Continental Elmar Degenhart menyebut, keamanan data merupakan kewajiban. Ia pun meminta perusahaan-perusahaan teknologi untuk memudahkan penggunanya dalam rangka mematuhi aturan baru.

Merespons hal tersebut, Snap sebagai perusahaan pemilik Snapchat mengatakan, Continental salah paham terkait GDPR menggeser beban kepatuhan pada pengguna aplikasi.

"Segala hal sebenarnya tergantung pada pengguna, apakah mereka ingin memberikan aplikasi akses ke kontak atau tidak. Selain itu, data yang diunggah pun bisa dihapus setiap saat," kata Snap dalam email kepada CNBC


Video Call WhatsApp Berbahaya

WhatsApp sebentar lagi akan menghadirkan layanan video call

Fitur Video Calling WhatsApp sempat digunakan para hacker untuk menyebarkan virus dengan tujuan mencuri data atau kontak pengguna.

Melalui fitur ini hacker menyebarkan pesan palsu untuk mencoba layanan baru WhatsApp dan melampirkan tautan untuk mengunduh fitur tersebut.

Setelah fitur terinstal, akan muncul halaman seperti survei online yang meminta pengguna mengisi data-data yang diminta. Dari sinilah pencurian data pribadi pengguna terjadi. Hacker akan memanfaatkan data-data tersebut untuk kemudian disalahgunakan.

Bahayanya lagi jika pengguna juga memasukkan data rekening bank ke halaman tersebut, maka pencurian saldo rekening tak dapat lagi dihindari.

Selain hal-hal di atas, bila ada nomor mencurigakan di WhatsApp, lebih baik langsung blokir saja, karena dikhawatirkan oknum tersebut memiliki niat tidak baik.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya