Ingin Kaya dan Bahagia? Jangan Kebanyakan Gaya

Hukum fisika soal gaya yang dipelajari di sekolah, ternyata juga bisa terjadi dalam lika liku kehidupan manusia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Jun 2018, 16:30 WIB
Ingin kaya, jangan banyak gaya. Ini sebabnya. (Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bila Anda ingin kaya, sejahtera, dan terbebas dari beban berat dalam kehidupan ada satu kunci yang harus dilakukan. Jangan terlalu banyak gaya!

Seperti yang dijelaskan oleh motivator, Tung Desem Waringin ketika berbicara di pre-launching buku terbarunya "Life Revolution" di Sekolah Menengah Pertama Angkasa Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, pada Kamis (7/6/2018).

Menurut Tung Desem Waringin, hal ini seperti dengan hukum fisika tentang gaya dan tekanan.

"Gaya berbanding lurus dengan tekanan, kalau hidup Anda kebanyakan tekanan berarti Anda kebanyakan gaya," kata Tung Desem Waringin pada Health Liputan6.com seusai acara tersebut.

Tung mencontohkan, ketika seseorang membeli motor seharga 18 juta namun harga motor tersebut akan jatuh di kemudian hari dan malah merugikan orang tersebut secara finansial.

"(Argumennya) Tapi kan saya perlu, apa iya perlu? Mungkin perlu tapi kan tidak harus baru," kata Tung menjelaskan.

Sehingga menurut Tung, yang penting harus Anda lakukan supaya bisa kaya dan bahagia salah satunya adalah dengan cerdas dalam mengelola keuangan dan tidak menghabiskannya untuk sesuatu yang tidak diperlukan.

"Kalau kebanyakan gaya dulu, beli kacamata baru, beli handphone yang mahal, beli sepatu mahal, keluar negeri dulu, beli mobil dulu. Sebetulnya itu boleh tidak? Boleh. Tapi gayanya belakangan," katanya.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

 


Happy Money

Ingin kaya, jangan banyak gaya. Ini sebabnya (Foto: istockphoto)

Menurut Tung Desem sendiri, ada tiga jenis pengeluaran atau Happy Money yaitu: ketika bisa dipakai, bisa menabung untuk hari tua atau investasi dan beramal.

Saat ini masih banyak orang yang lebih mementingkan pengeluaran yang pertama.

"97 persen orang bisa memakai tanpa perlu di ajari dan 3 persen orang yang pelit. Kalau happy money yang itu senangnya sekali saja," ujarnya.

Sementara, apabila mengeluarkan uang untuk berinvestasi, dana tersebut bisa digunakan untuk masa depan dan hari tua.

Di sisi lain, mengeluarkan uang untuk beramal menjadi investasi bukan di dunia, namun di akhirat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya