Genjot Pendidikan Vokasi untuk Hadapi Revolusi Industri ke-4

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia saat memasuk revolusi industri ke-4.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Jun 2018, 13:00 WIB
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah meluncurkan peta jalan (roadmap) revolusi industri ke-4 atau industry 4.0 yang diberi nama Making Indonesia 4.0. Namun, ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia saat memasuk revolusi industri ke-4.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Roesan Roslani menuturkan, sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu kendala memasuki revolusi industri ke-4. Ini ditunjukkan dari latar belakang pendidikan tenaga kerja di Indonesia. Dari 133 juta tenaga kerja per Februari 2018,  hanya sekitar 12-13 persen yang lulusan perguruan tinggi sedangkan sisanya lulusan sekolah dasar, SMP dan SMU.

Struktur latar belakang pendidikan tersebut menurut Rosan dinilai berat. Oleh karena itu, Rosan mendorong ada terobosan pendidikan. Misalkan dengan mengembangkan pendidikan kejuruan dan pelatihan.

"Background pendidikan masih sangat rendah. Itu PR kita yang utama, human capital harus dibangun," ujar Rosan, seperti ditulis Jumat (8/6/2018).

Kendala lainnya memasuki revolusi industri ke-4 yaitu membangun industri yang sehat.  Kebijakan pemerintah juga mendukung untuk membangun industri yang sehat. Selain itu, Rosan juga mengingatkan mengenai masa transisi memasuki revolusi industri ke-4. Dengan ada revolusi industri ke-4 membuat industri makin efisien sehingga mengurangi tenaga kerja.

"Semua makin efisien. Itu tak bisa kita bendung. Masa transisi pemerintah harus antisipasi dengan ciptakan lapangan kerja. Kalau tidak diantisipasi maka jadi masalah sosial,” kata Rosan.

Hal senada dikatakan CEO GE Indonesia Handry Satriago. Indonesia hadapi tantangan besar untuk masuki revolusi industri ke-4. Oleh karena itu, ia juga mendorong agar sekolah kejuruan untuk cepat disiapkan terutama dengan ikuti perkembangan teknologi baru. Kedua, mendorong investasi dan genjot research and development (R&D).

"Harus lebih banyak R and D bergerak di bidang STEM yaitu science, technology, engineering, mathematic, dan kalau bisa art. Selama ini R&D belum ada. Di GE kami coba populerkan woman in STEM. Tenaga kerja di STEM masih 80 dan 20. Kita butuh gender balance agar timbulkan kreativitas dan ide,” kata Handry.

Handry menambahkan, pihaknya mendukung revolusi industri ke-4 ini dengan selalu perkenalkan teknologi baru. Selain itu juga menyediakan pendidikan kepada pelanggan dan universitas.

 


Masuk Revolusi Industri Ke-4, RI Bakal Jadi Pemain Utama di ASEAN

Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Sebelumnya, Indonesia berpeluang besar menjadi pemain kunci di kawasan Asia dalam upaya mengimplementasikan industri 4.0. Faktor utama yang dapat mempengaruhi pengembangan di era digital tersebut, antara lain adalah pasar dan sumber daya manusia (SDM).

"Saat ini pengguna internet di Indonesia, jumlahnya mencapai 143 juta orang. Ini merupakan sebuah potensi pasar yang besar. Kemudian, talent itu kita miliki dari seluruh universitas yang ada, di mana di Indonesia jumlahnya terbanyak di ASEAN," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat 13 April 2018.

Kedua modal yang telah dimiliki Indonesia itu menjadi kesiapan untuk lebih percaya diri memasuki era perubahan di Industri 4.0. Terlebih lagi, generasi milenial akan memiliki peranan penting karena merekalah pengguna dominan dari teknologi yang menjadi ciri khas revolusi industri keempat, yaitu internet.

"Kita melihat komposisi pengguna internet yang usianya 19-34 tahun, merupakan yang terbanyak dengan mencapai 49,5 persen. Mereka berinteraksi atau melek teknologi melalui smartphone,” ungkap dia.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah gencar mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia Indonesia agar menguasai teknologi digital.

"Salah satu langkahnya adalah melalui program vokasi SMK dan industri serta untuk memacu politeknik melalui program skill for competitiveness,” lanjut dia.

Dalam pelaksanaan Industri 4.0, Airlangga juga memastikan jika SDM yang ada tidak akan tergantikan oleh robot.

"Karena sejak revolusi industri ketiga sudah otomatisasi. Sedangkan pada Industri 4.0, industri yang sudah terotomatisasi tersebut terhubung dengan internet of things, sehingga pengontrolan data lebih efisien, efisiensi mesin lebih baik, dan efisiensi ini bisa dipacu hingga 99 persen,” jelas dia.

Oleh sebab itu, Airlangga berharap pula kepada para pengusaha muda untuk dapat mengambil kesempatan di era digital saat ini.

"Peluang masih terbuka luas, karena industri membutuhkan peluang yang namanya economies of scale. Seperti industri rumahan saat ini, sudah bisa menjangkau pasar, tidak harus mampu sewa tempat di mall terlebih dulu,” ungkap dia.

Dia berharap para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar dapat memanfaatkan beberapa fasilitas taman teknologi yang dibangun oleh Kemenperin.

Misalnya di Bandung Techno Park, mereka bakal memperoleh program pembinaan dan pelatihan guna pengembangan inovasi dan daya saing produknya. Selain itu, Kemenperin juga memiliki Bali Creative Industry Center (BCIC), di mana produk-produk yang dihasilkan mereka telah dipasarkan. ‎

"Melalui techno park itu Kemenperin ingin terus mendorong inovasi, termasuk didukung adanya Apple center di Bumi Serpong Damai, dan janjinya akan dibangun lagi di daerah lain,” tutur dia.

Menurut Airlangga, Apple menyatakan jika Indonesia merupakan negara ketiga sesudah Brasil dan Italia atau menjadi negara pertama di Asia, sebagai lokasi mereka membangun pusat inovasi.

"Diharapkan, dengan ditopang oleh fasilitas tersebut, Indonesia bisa meng-create the new silicon valley. Ini merupakan potensi kita yang ada di tangan seluruh para pengusaha kita, terutama generasi muda," kata dia.

 


5 Sektor Percontohan

Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Saat ini, Indonesia telah menyiapkan lima sektor industri yang akan menjadi percontohan dalam implemntasi Industri 4.0. Ini sesuai yang akan dijalankan pada roadmap Making Indonesia 4.0 Kelima sektor tersebut, yaitu industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, serta kimia.

“Jadi ada unggulannya atau champion, sehingga industri lain bisa melihat dan mencontoh,” kata dia.

Misalnya di industri otomotif, sebagian pabrik sudah melakukan otomatisasi. Langkah selanjutnya, yang terpenting adalah melihat prospek pasar saat ini, terutama untuk ekspor.

“Memperluas pasar ekspor itu tergantung dari jenis kendaraan. Kendaraan di seluruh dunia, permintaan besarnya adalah jenis sedan. Sedangkan di Indonesia lebih mengembangkan yang tujuh bangku, sehingga perlu ada penyesuaian,” tandas Airlangga.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya