Liputan6.com, Kabul - Presiden Afghanistan, pada Kamis 7 Juni 2018, mengumumkan gencatan senjata dengan kelompok Taliban jelang dan pada Lebaran atau hari raya Idul Fitri.
Gencatan senjata itu diperkirakan berlangsung mulai dari 12 Juni hingga 19 Juni berdasarkan kalender Romawi.
"Gencatan senjata akan berlangsung dari 27 Ramadan hingga hari kelima Idul Fitri," kata Presiden Afghanistan Ashraf Ghani via Tweet, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (8/6/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, tidak jelas apakah Taliban menyetujui kebijakan gencatan senjata yang diumumkan oleh sang presiden Afghanistan.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada Agence-France Presse, "Kami perlu mengonfirmasi kepada pejabat tinggi Taliban demi menanggapi pengumuman itu."
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Usai Serangan Bom Bunuh Diri
Langkah itu terjadi beberapa hari setelah para ulama ternama Afghanistan mengadakan pertemuan untuk mengeluarkan fatwa yang mengharamkan serangan atau bom bunuh diri pada Senin, 9 Juni 2018.
Satu jam setelah fatwa itu dikeluarkan, bom bunuh diri diledakkan di luar lokasi pertemuan itu, menewaskan tujuh orang.
Merespons hal tersebut, Presiden Ashraf Ghani mengatakan, pemerintahnya tetap mendukung penuh pertemuan tersebut.
"Pemerintah Afghanistan tidak hanya mendukung pengumuman fatwa dengan suara bulat oleh para ulama, tetapi juga mendukung gencatan senjata yang direkomendasikan," kata Ghani dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kepresidenan Afghanistan.
"Pada saat yang sama, pemerintah Afghanistan mengarahkan semua keamanan dan pertahanan demi mencegah serangan Taliban dan serangan Daesh (julukan ISIS), Al Qaeda dan jaringan teroris internasional lainnya yang beroperasi di Afghanistan," tambahnya.
Pada bulan Februari 2018, Ghani mengumumkan rencana untuk membuka pembicaraan damai dengan Taliban, termasuk iktikad untuk mengakui mereka sebagai partai politik.
Para pemberontak tidak secara resmi menanggapi, tetapi mengumumkan peluncuran serangan musim semi tahunan mereka dalam sebuah penolakan nyata terhadap rencana tersebut.
Advertisement