Liputan6.com, Quebec - Perpecahan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan pemimpin G7 lainnya terpampang nyata pada hari pertama penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi tujuh negara maju, yang terdiri atas Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat itu.
Seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (9/6/2018), perpecahan salah satunya dipicu oleh seruan Donald Trump yang meminta agar Rusia diterima kembali ke kelompok negara-negara industri tersebut -- pascapengusiran terhadap pihak Kremlin atas tindakannya yang menganeksasi atau mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina.
"Anda tahu, suka atau tidak suka -- dan itu mungkin tidak benar secara politik -- tetapi kita harus mengatur dunia. Dan di G7, yang dulunya adalah G8, mereka mengusir Rusia. Mereka harus membiarkan Rusia kembali," kata Trump.
Sontak, seruan tersebut memicu kontroversi. Perdana Menteri Italia yang baru, Giuseppe Conte mendukung Trump. Namun, mayoritas yang lain tidak.
Baca Juga
Advertisement
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, anggota Uni Eropa yang hadir dalam KTT yang digelar di Kanada itu menentang gagasan yang diutarakan sang miliarder nyentrik.
Sementara, PM Inggris Theresa May juga menentang hal tersebut. "Kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiai, mengapa G8 berubah menjadi G7. Itu karena Rusia secara ilegal menganeksasi Krimea," kata dia, seperti dikutip dari Daily Mail.
Tak hanya itu, friksi atas tarif perdagangan yang baru-baru ini diberlakukan oleh pemerintahan Trump berlanjut selama sesi Jumat.
Setelah bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Donald Trump mengatakan, kedua pihak sesekali menghadapi ujian dalam hal perdagangan. Namun, solusi sedang dipikirkan bersama.
Sementara itu, Presiden Macron mengaku, ia yakin semua pihak bersedia untuk menemukan sebuah kesepakatan.
Perpecahan antara Donald Trump dan enam pemimpin dunia lainnya tak hanya soal perdagangan semata, tapi juga termasuk isu perubahan iklim, isu Iran, dan konflik Israel-Palestina.
Kanada sebelumnya menyebut bahwa tarif perdagangan yang diterapkan Trump 'ilegal'.
Sementara, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk memperingatkan bahwa sikap Donald Trump pada perdagangan, perubahan iklim dan Iran merupakan bahaya nyata.
"Apa yang mengkhawatirkan bagi saya adalah fakta bahwa aturan berdasarkan tata internasional mendapat tantangan. Yang mengejutkan, hal itu dilakukan bukan oleh 'tersangka' biasa, melainkan oleh arsitek utama sekaligus penjaminnya: Amerika Serikat," kata dia.
Saksikan video menarik terkait Donald Trump berikut ini:
Pergi Duluan
KTT G7 adalah adalah pertemuan tahunan yang menyatukan para pemimpin dari Kanada, AS, Inggris, Prancis, Italia, Jepang, dan Jerman -- yang mewakili lebih dari 60 persen kekayaan bersih dunia.
Ekonomi menjadi fokus bahasan, meskipun pertemuan tersebut selalu bercabang untuk mencakup isu-isu global. Kali ini, KTT G7 digelar di Kota La Malbaie, Quebec.
Kebijakan Donald Trump terkait pengenaan tarif atas impor baja dan aluminium telah memicu kemarahan, bahkan oleh sekutu AS sendiri. Langkah itu menimbulkan kekhawatiran akan memicu perang dagang.
Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland menyebut, tarif itu "ilegal dan benar-benar tidak bisa dibenarkan".
Sementara, Trump pada hari Jumat mengatakan bahwa AS dan Kanada sedang mengusahakan pemotongan tarif "dan menjadikan semuanya adil untuk kedua negara".
"Kami telah membuat banyak kemajuan hari ini," katanya, menambahkan bahwa hubungan antara kedua negara "mungkin lebih baik dari sebelumnya".
Donald Trump direncanakan akan meninggalkan lokasi KTT G7 dua hari lebih awal. Ia akan bertolak menuju Singapura untuk menggelar pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Itu berarti Donald Trump akan melewatkan pembicaraan tentang perubahan iklim, isu lingkungan, dan mungkin kesetaraan gender yang dijadwalkan pada hari Sabtu 9 Juni 2018.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan niatnya untuk mundur dari perjanjian iklim Paris, selama pertemuan G7 di Italia tahun lalu.
Advertisement