Austria Akan Tutup 7 Masjid dan Usir Para Imam, Turki Meradang

Austria beralasan, penutupan masjid dan pengusiran imam bertujuan untuk mengendalikan radikalisme, politik agama, dan pembiayaan luar negeri. Langkah ini menuai kecaman dari Turki.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Jun 2018, 17:36 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Presidential Press Service, pool photo via AP)

Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras keputusan Austria untuk menutup beberapa masjid dan mengusir sejumlah imam, mengkritik keputusan itu sebagai sikap anti-Islam. Erdogan pun menjanjikan sebuah respons atas langkah tersebut.

"Langkah-langkah yang diambil oleh PM Austria ini, saya takutkan, akan mengarahkan dunia menuju perang antara salib dan bulan sabit," kata Erdogan dalam sebuah pidatonya di Istanbul seperti dikutip dari The National, Minggu (10/6/2018).

Pernyataan keras Erdogan itu datang sehari setelah pemerintah Austria mengumumkan dapat mengusir 60 imam serta keluarga mereka dan menutup tujuh masjid. Pengumuman tersebut memicu kemarahan Ankara.

Menteri Dalam Negeri Austria Herbert Kickl yang berasal dari Partai Kebebasan yang berhaluan kanan jauh mengatakan, langkah tersebut ditempuh atas dugaan keterkaitan mereka dengan organisasi Asosiasi Kebudayaan Islam Turki, ranting dari Direktorat Urusan Keagamaan Turki (Diyanet).

Lebih jauh Kickl menerangkan, pemerintahnya mencurigai bahwa pihak-pihak yang ditargetkan telah melanggar larangan pendanaan asing.

Seorang juru bicara kepresidenan Turki pada hari Jumat lalu menggambarkan bahwa langkah ekstrem Austria tersebut merupakan "refleksi dari gelombang populis anti-Islam, rasis, dan diskriminatif".

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Disambut Gembira Kubu Sayap Kanan Eropa

Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Meski mendapat kecaman keras, namun para pemimpin sayap kanan Eropa menyambut baik langkah Austria tersebut, termasuk di antaranya partai-partai oposisi Austria. Kelompok Sosial Demokrat berhaluan kiri tengah menyebutnya "hal masuk akal pertama yang dilakukan pemerintah berkuasa saat ini".

Namun, Partai Hijau menunjukkan bahwa langkah tersebut dapat berfungsi sebagai kemenangan propaganda bagi pemerintah Turki.

Erdogan, berbicara pada hari Sabtu, menegaskan, "Mereka mengatakan akan menendang orang-orang religius kita keluar dari Austria. Apakah Anda pikir kami tidak akan bereaksi jika hal semacam itu terjadi?".

"Itu berarti kita harus melakukan sesuatu."

Sekitar 360.000 orang asal Turki tinggal di Austria, termasuk 117.000 di antaranya adalah warga negara Turki.

Hubungan antara Ankara dan Wina telah tegang sejak kudeta gagal terhadap Erdogan pada tahun 2016.

Adapun pidato Erdogan dilakukan menjelang pemilihan presiden dan legislatif pada 24 Juni di mana ia dinilai menghadapi oposisi yang perlawanan keras dari kubu oposisi.

Pemerintah Austria telah melarang pejabat Turki mengadakan pertemuan di negara itu sebelum jajak pendapat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya