Liputan6.com, Washington DC - Kelompok LSM Greenpeace melaporkan bahwa polusi partikel plastik telah terdeteksi di sebagian besar sampel salju dan air laut, yang diambil oleh para peneliti di Antartika, selama pelayaran bulan Januari hingga Maret tahun ini.
Analisis di laboratorium mengungkapkan adanya jejak sampah manusia di sudut paling terpencil di dunia.
"Paling tidak satu keping partikel plastik ditemukan di setiap liter (air di Antartika). Saat anda melihatnya pada ke skala Samudra Antartika, temuan ini menjadi benar-benar signifikan," tulis laporan terkait, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Minggu (10/6/2018),
"Sebelumnya, kami berpikir bahwa Samudra Antartika terlindungi oleh semacam arus yang mengitarinya, sebagai penghalang dari polusi plastik yang menjadi momok di banyak lokasi perairan laut di dunia. Namun sekarang, bukti-bukti semakin menunjukkan kondisinya tidak seperti itu," sambung Louisa Casson dari Greenpeace.
Baca Juga
Advertisement
Selain kepingan plastik yang berukuran sangat kecil, penelitian juga mengungkapkan adanya bahan kimia unsur polyfluorinated alkylated, yang banyak digunakan dalam proses industri.
Pencemaran bahan kimia tersebut terkait dengan isu gangguan reproduktif dan pertumbuhan biota laut.
PBB memperkirakan sebanyak delapan juta ton plastik dibuang ke samudra setiap tahunnya.
Dampak buruk dari temuan di atas terlihat jelas belum lama ini di selatan Thailand, dimana seekor paus mati terdampar setelah menelan hampir 100 keping sampah plastik yang berbobot sekitar delapan kilogram.
Simak video pilihan berikut:
Ditemukan di Hampir Semua Sudut Samudra
Sementara itu, Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah berikrar untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai mulai 2022 mendatang.
Di bawah bayang-bayang kota besar Mumbai, para bintang film Bollywood telah bergabung dalam gerakan untuk memungut sampah di pantai Versova, termasuk di antaranya aktris Abigail Pande.
"Saya menikmati aktivitas bersih-bersih pantai ini. Namun di lain pihak, saya merasa sedih karena begitu ke sini, saya tahu jumlah limbahnya sangat besar, sehingga bila menggali tanah sedalam 1,2 meter, akan masih menemukan plastik di dalamnya," ujar Pande di hadapan para wartawan.
Di sisi lain, laporan Greenpeace juga menyebut sampah plastik telah ditemukan di hampir semua sudut samudra, dari kedalaman Palung Mariana di Samudra Pasifik hingga ke Antartika.
Menanggapi hal tersebut, pada Oktober mendatang, para pemerintah dunia berencana membahas usulan Uni Eropa untuk menciptakan kawasan perlindungan di Samudra Antartika.
Dengan total seluas 1,8 juta kilometer persegi, kawasan perlindungan ini akan menjadi yang terbesar di seantero jagat.
Advertisement