India dan China Sepakat Jalin Kerjasama Mengakhiri Konflik Sungai Brahmaputra

India dan China sepakat menyelesaikan konflik Sungai Brahmaputra, sebagai upaya meningkatkan kerjasama di antara kedua negara.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Jun 2018, 06:27 WIB
India mengalahkan penjualan sepeda motor China (Liputan6.com)

Liputan6.com, Shanghai - Pada Sabtu, 9 Juni 2018, pemerintah China dan India kembali membahas penyelesaian konflik di sepanjang aliran Sungai Brahmaputra yang rawan banjir.

Pembahasan bilateral terkait sungai yang mengalir dari Tibet ke pesisir Bangladesh itu, sekaligus sebagai tanda meningkatnya kerjasama antara kedua negara.

Dikutip dari South China Morning Post pada Senin (11/6/2018), Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping menandatangani sebuah kesepakatan di sela-sela agenda Organisasi Kerjasama Shanghai, yang berlangsung akhir pekan lalu.

"Pembicaraan kami akan menambah semangat lebih lanjut untuk persahabatan India-China," kata PM Modi di Twitter.

Menurut serangkaian twit juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Raveesh Kumar, kesepakatan itu menjadikan China bersedia berbagi data hidrologi pada aliran Sungai Brahmaputra.

India mengatakan pada tahun lalu, bahwa China menolak kesepakatan untuk berbagi data hidrologi, atau informasi ilmiah tentang pergerakan, distribusi dan kualitas air Sungai Brahmaputra.

Negeri Tirai Bambu beralasan penolakannya tersebut sebagai antispasi terhadap risiko "pencurian teknologi".

Selain itu, kesepakatan baru itu juga mengubah persyaratan tertentu pada ekspor beras India, selain dari variasi Basmati premium, ke China.

Adapun Organisasi Kerjasama Shanghai pertama kali dibentuk pada 2001 silam, di mana anggotanya terdirid ari China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Pembentukan kelompok kerjasama tersebut, utamanya adalah, untuk memerangi Islam radikal dan masalah keamanan lainnya di Asia Tengah.

Tahun lalu, kelompok ini kedatangan dua anggota baru, yakni India dan Pakistan, yang dalam beberapa tahun sebelumnya, kerap berpartisipasi sebagai "tamu diskusi".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Defisit Neraca Perdagangan India dan China

Ilustrasi beras (iStockphoto)

Sementara itu, New Delhi mengaku prihatin terhadap kian meningkatnya defisit perdagangan dengan China, yang memberi akses lebih besar bagi Negeri Tirai Bambu untuk memasarkan produk-produk pokok, seperti beras, gandum, kedelai, dan gula.

Kesenjangan perdagangan India dengan Cina disebut telah melebar hingga USD 51 miliar, di mana hal itu meningkat sembilan kali lipat selama satu dekade terakhir.

Kesepakatan beras akan membantu India memecah pasar di China, yang dikenal sebagai konsumen nasi terbesar di dunia.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan bahwa China akan membeli tambahan 6,4 juta ton beras tahun ini, dari berbagai negara.

Adapun India, diperkirakan tahun ini, akan mengekspor 11,9 juta ton beras.

"Meskipun harga kompetitif, India tidak dapat mengekspor beras ke China karena norma-norma phytosanitary (fakta kesehatan) mereka yang kian ketat," kata seorang pedagang ekspor impor yang berbasis di Delhi.

"Ketika norma-norma tersebut bisa diubah dengan perjanjian ternetu, maka India dapat dengan mudah mengekspor lebih dari 1 juta ton beras setiap tahun ke China," lanjutnya menjelaskan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya