Liputan6.com, New York - Harga minyak sedikit berubah pada awal pekan ini didorong komentar dari Menteri Perminyakan Irak yang meragukan apakah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memutuskan untuk meningkatkan produksi pada pertemuan mendatang.
Harga minyak acuan global Brent tidak berubah di posisi USD 76,46 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mendaki 36 sen ke posisi USD 66,07, dan merupakan level tertinggi sejak 1 Juni.
Presiden Direktur Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch menuturkan, harga minyak AS naik seiring hasil dari aksi ambil untung antara harga minyak acuan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah analis juga menilai, harga minyak mendapatkan keuntungan dari kenaikan di pasar saham. Tiga indeks saham acuan di wall street menguat pada awal pekan ini jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura.
Namun, harga minyak juga terbebani ketidakpastian kenaikan pasokan OPEC. Selama 18 bulan, OPEC dan sekutunya telah memangkas produksi untuk stabilkan pasar dan mendukung harga minyak.
OPEC akan gelar pertemuan pada 22-23 Juni di Wina dan memutuskan bagaimana langkah mengantisipasi kebijakan pembatasan pasokannya. Hal itu seiring penurunan produksi di Venezuela dan sanksi terhadap Iran yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC.
"Pekan lalu, kami melihat beberapa berita yang indikasikan bahwa pemerintahan Trump telah meminta OPEC untuk meningkatkan produksi minyak. Akan tetapi, minggu itu berlalu dan melihat cerita tersebut kembali berjalan. Sekarang kami melihat sejumlah produsen OPEC yang dukung status quo," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow and Associates di Houston, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (12/6/2018).
Arab Saudi Dongkrak Produksi
Menteri Perminyakan Irak Jabar al-Luaibi menuturkan, harga minyak masih memerlukan dukungan dan stabilitas. Produsen tidak boleh melebih-lebihkan kebutuhan pasar minyak untuk persediaan lebih banyak.
Berdasarkan sebuah pernyataan, para menteri menolak keputusan sepihak oleh beberapa produsen minyak tanpa berkonsultasi dengan anggota lain dari perjanjian.
Berdasarkan sumber Reuters, eksportir utama Arab Saudi menaikkan produksi minyak menjadi lebih dari 10 juta barel per hari pada Mei. Bahkan ketika OPEC memangkas produksi, produksi dari anggota non-OPEC termasuk Amerika Serikat dan Rusia meningkat.
Kantor berita Rusia Interfax mengatakan, produksi negara tersebut telah melampaui targetnya mencapai 11,1 juta barel pada awal Juni. Di Amerika Serikat, jumlah rig pengeboran baru naik ke posisi 862, tertinggi sejak Maret 2015. Hal tersebut menunjukkan produksi minyak mencapai rekor 10,8 juta barel per hari.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement