Liputan6.com, Washington DC - Saat ini, banyak orang telah mengetahui berbagai faktor utama yang berisiko memicu serangan jantung, seperti berat badan berlebih, tingginya tekanan darah dan kolesterol, kebiasaan merokok, serta kurangnya berolahraga.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Circulation, peneliti mengatakan mereka telah mendokumentasikan faktor lain yang dapat bantu mengidentifikasi pria dengan risiko tertinggi terhadap masalah jantung, yakni disfungsi ereksi.
Dikutip dari Time.com pada Selasa (12/6/2018), penelitian ini menyasar kelompok responden berisi 1.900 orang pria, dengan kisaran usia 60 hingga 78 tahun.
Diketahui bahwa mereka yang mengalami disfungsi ereksi, dua kali lebih mungkin terkena serangan jantung dan stroke, dibandingkan pria sehat.
Sekitar 20 persen pria di atas usia 20 --yang mengalami disfungsi seksual-- di Amerika Serikat (AS), diketahui populasinya lebih tinggi dibandingkan kaum Adam yang berusia lebih tua.
Penyebab kondisi tersebut bervariasi, termasuk pengaruh psikologis terkait stres, serta faktor fisik dan biologis yang berkaitan dengan sistem aliran darah dan saraf.
Baca Juga
Advertisement
Namun di sisi lain, para peneliti mengalami kesulitan untuk mencari tahu, apakah disfungsi ereksi adalah masalah sirkulasi yang berkaitan dengan jantung, atau apakah kondisi itu justru pemicupenyakit jantung.
Dalam studi terbaru, Dr. Michael Blaha, direktur penelitian klinis untuk Johns Hopkins Ciccarone Center, dan rekan-rekannya melakukan analisis yang paling teliti untuk memperhitungkan faktor-faktor pembaur.
Mereka akhirnya menemukan bahwa disfungsi ereksi memang merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Para peneliti menyesuaikan efek obesitas, merokok, tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi, di antara faktor-faktor lain, yang dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi dan penyakit jantung.
Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor ini, mereka menemukan bahwa disfungsi ereksi berkontribusi secara independen terhadap risiko masalah jantung yang lebih tinggi.
Simak video pilihanberikut:
Pengobatan Berbeda
Sementara itu, dijelaskan bahwa mengobati disfungsi ereksi tidaklah sama dengan pengobatan untuk penyakit jantung.
Obat-obatan seperti Viagra hanya dapat mengobati masalah dengan priapisme, tetapi tidak mengatasi masalah terkait jantung. Itulah sebabnya pria dengan masalah ereksi harus menemui dokter spesialis jantung.
Saat ini, baru Inggris yang telah menyertakan disfungsi ereksi sebagai bagian dari algoritma untuk menghitung risiko penyakit jantung.
Jika pria yang jantungnya berisiko lebih tinggi diidentifikasi lebih awal akibat disfungsi ereksi, maka tingkat komplikasi dan kematian terkait jantung cenderung lebih rendah.
Advertisement