Liputan6.com, London - Hasil sebuah penelitian terbaru menyebut perubahan iklim dapat membuat pasokan sayuran global turun lebih dari sepertiga yang dikonsumsi saat ini, yakni selambat-lambatnya pada 2050 mendatang.
Laporan studi itu juga menyebut hasil rata-rata global dari komoditi pangan nabati utama, seperti kacang kedelai dan gandum, diprediksi menurun akibat peningkatan suhu yang memengaruhi pasokan air.
Dikutip dari Independent.co.uk, Selasa (12/6/2018), peneliti pada London School of Hygiene and Tropical Medicine menyebut ancamam kelangkaan pasokan pangan akan berpengaruh langsung terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
"Studi kami menunjukkan bahwa perubahan lingkungan, seperti peningkatan suhu dan kelangkaan air, dapat menjadi ancaman nyata bagi produksi pertanian global, dengan kemungkinan dampak lebih lanjut pada keamanan pangan dan kesehatan penduduk," kata ilmuwan utama Dr Pauline Scheelbeek.
"Sayuran dan kacang-kacangan merupakan komponen penting dari pola makan yang sehat, seimbang, dan berkelanjutan," lanjut Dr Scheelbeek.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil panen dapat ditingkatkan melalui pengaturan kadar gas rumah kaca di atmosfer, di mana hal berarti masuk ke dalam upaya mencegah perubahan iklim berkembang semakin buruk.
Tetapi studi baru, berdasarkan tinjauan sistematis pada bukti ilmiah di tahun 1975, menunjukkan manfaat ini kemungkinan akan digagalkan oleh efek lingkungan lainnya.
Para peneliti memperkirakan dampak masa depan dari faktor-faktor kunci yang mempengaruhi produksi tanaman, termasuk peningkatan kadar gas rumah kaca, berkurangnya ketersediaan air untuk irigasi, dan naiknya suhu.
Mereka memperkirakan bahwa hasil rata-rata sayuran dan kacang-kacangan di tingkat global, seperti kacang kedelai dan lenthil diprediksi akan berkurang, masing-masing sebesar 35 persen dan sembilan persen, apabila perubahan iklim tidak segera ditangani.
Simak video pilihan berikut:
Dibutuhkan Varietas Tanaman Baru
Sementara itu, varietas tanaman baru yang didukung oleh perbaikan sistem pertanian dan mekanisasi, sangat dibutuhkan untuk melindungi ketersediaan sayuran.
"Analisis kami menunjukkan bahwa jika mengambil pendekatan 'business as usual', perubahan lingkungan secara substansial akan mengurangi ketersediaan makanan penting ini di tingkat globa," kata Profesor Alan Dangour, salah satu penulis pada laporan yang dimuat di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
"Tindakan mendesak perlu diambil, termasuk bekerja mendukung sektor pertanian untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan lingkungan. Ini harus menjadi prioritas bagi pemerintah di seluruh dunia," sambungnya menegaskan.
Advertisement