Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Sosial menampung tujuh anak terduga teroris Surabaya dan Sidoarjo untuk menjalani rehabilitasi dan deradikalisasi. Anak teroris tersebut diserahkan Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin kepada Kemensos pada Selasa (12/6/2018) siang dan tiba di Jakarta pada sore harinya.
Sekedar mengingatkan, pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo melibatkan anak-anaknya. Seperti dalam teror Poltabes Surabaya, anak perempuan paling kecil selamat dari ledakan dan ditolong anggota kepolisian. Para pelaku itu kemudian diketahui rajin memberikan doktrin radikalisme kepada anak-anak teroris tersebut.
Advertisement
"Tahap awal, Kementerian Sosial akan memberikan perlindungan kepada mereka, pendampingan kepada mereka. Utamanya agar bagaimana mengembalikan kepercayaan diri mereka dan pada gilirannya nanti kita akan mengikis paham radikal yang merupakan ajaran orangtuanya dulu. Ini kita harus pastikan bahwa itu kita akan bersihkan dari paham radikalisme itu tentu ini perlu waktu," ujar Menteri Sosial Idrus Marham usai menyambut kedatangan tujuh anak itu di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (12/6/2018).
Ketujuh anak itu saat ini menjadi tanggung jawab Kemensos dan dibawa ke tempat yang aman selama menjalani rehabilitasi. Kondisi anak-anak teroris tersebut, menurut Idrus, sudah mulai pulih secara fisik dan psikis. Dia memastikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan menjamin anak-anak itu termasuk juga anak korban bom tanpa terkecuali.
"Mereka sempat ketawa-ketawa, sempat apa, tentu perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan dirinya perlu waktu agar supaya pikiran terkait paham radikalisme itu perlu kita dampingi," kata Idrus.
Berapa Lama?
Idrus belum bisa memastikan akan sampai berapa lama anak-anak ini ditangani Kemensos. Ketika ditanyakan apakah anak tersebut akan dikembalikan ke pihak keluarganya, Idrus menuturkan akan ada tahapan berikutnya sebelum memutuskan nasib anak tersebut.
"Nanti ada parameter tersendiri kita lihat perkembangannya baik sisi fisiknya kesehatannya, bagaimana psikologinya yang paling penting adalah pemahaman tentang ajaran agama dan betul bersih tentang ajaran radikalisme," ucap Idrus.
Kementerian Sosial, dalam menjalankan rehabilitasi ini, tidak sendirian. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga ikut dalam kesatuan untuk menjalankan program pemulihan ini.
"Penanganan korban dilakukan secara terpadu dan menyeluruh, berkesinambungan dan arahan prinsip dari Jokowi, tidak boleh terputus. Kita dapat proyeksi kalo tangani serius maka pelan pasti paham radikalisme dan terorisme dapat kita netralkan," kata Idrus.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement