Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat (AS), baru saja menemukan fakta yang mengejutkan soal Bulan.
Menurut mereka, sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu Bulan ternyata mengorbit lebih dekat ke planet Bumi.
Advertisement
Hal itu mengubah cara berputar Bumi pada sumbunya. Saat itu dalam sehari hanya berlangsung selama 18 jam.
Penelitian terbaru itu juga mengatakan bahwa Bulan akan terus bergerak menjauh dari Bumi, membuat durasi hari semakin lebih lama.
"Ketika Bulan bergerak menjauh, Bumi seperti pemain skater yang berputar makin lambat saat mereka merentangkan tangan mereka," kata Stephen Meyers, profesor geosains di University of Wisconsin-Madison dan penulis penelitian, seperti dilansir The Independent, Rabu (13/6/2018).
Untuk memahami bagaimana orbit Bulan memengaruhi rotasi Bumi, Profesor Meyers dan timnya menggunakan metode astrochronology.
Astrochronology adalah metode statistik yang menghubungkan teori astronomi dan pengamatan geologi, untuk merekonstruksi sejarah kuno tata surya.
Lebih Lanjut Soal Astrochronology
"Salah satu ambisi kami adalah menggunakan astrochronology untuk mengamati waktu di masa lalu yang paling jauh, dan untuk mengembangkan skala waktu geologis yang sangat kuno.
"Kami ingin bisa mempelajari batuan yang berusia miliaran tahun, dengan cara yang sebanding dengan cara kami mempelajari proses geologi modern," jelas Profesor Meyers.
Salah satu cara Profesor Meyer mampu membuat perhitungan mengenai rotasi Bumi lebih dari satu miliar tahun yang lalu adalah, dengan meneliti sedimen di batu berusia 90 juta tahun.
Setelah itu dia menggunakan informasi dari batu itu untuk mengetahui tentang siklus iklim planet Bumi di masa lampau.
Advertisement
Semakin Jauh Setiap Tahun
Bulan diyakini akan bergerak menjauh dari Bumi pada tingkat 3,82 sentimeter per tahun.
Jadi, dibutuhkan waktu ratusan juta tahun sebelum Bulan berada dalam jarak cukup jauh bagi manusia, untuk menghitung ulang berapa lama dalam satu hari di masa depan.
"Rekaman geologis adalah observatorium astronomi untuk tata surya awal. Kami sedang mencari denyutan irama yang terawetkan di dalam batu dan sejarah kehidupan," tambahnya.
Penelitian Prof Meyers ini juga telah diterbitkan di dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences.
Reporter: Sugiono
Sumber: Dream.co.id
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: