5 Cerita Unik di Balik Kelezatan Kuliner Khas Lebaran

Ketupat. Berbalut anyaman kelapa, kuliner yang satu ini ternyata memiliki filosofi dan sejarah panjang.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jun 2018, 08:41 WIB
Penampakan kulit ketupat yang siap untuk dijual di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/6). Pedagang membanderol satu ikat kulit ketupat isi 10 dengan harga Rp 10 ribu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Lebaran, menandai berakhirnya ibadah puasa bagi seluruh umat muslim di dunia. Setelah sebulan lamanya menahan nafsu, lapar, serta dahaga, sebentar lagi akan disusul berbagai tradisi meriah Idul Fitri dengan hidangan istimewa khas Lebaran.

Salah satu panganan yang wajib ada di meja makan adalah ketupat. Berbalut anyaman kelapa, kuliner yang satu ini ternyata memiliki filosofi dan sejarah panjang.

Selain ketupat, berikut ini sejumlah sajian khas Lebaran yang punya kisah-kisah menarik di balik kelezatannya, yang dirangkum, Kamis (14/6/2018).

1. Ketupat

Ketupat dipopulerkan pertama kali oleh salah satu Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.

Seperti unsur-unsur tradisi Jawa-Islam lain yang diperkenalkan sang wali, ketupat memiliki makna tersendiri. Ketupat berasal dari kata kupat yang memiliki makna ganda, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

Laku papat alias empat tindakan yang dimaksud adalah luberan, leburan, Lebaran, dan laburan.

Keempatnya bermakna berakhirnya puasa, berbagi rezeki berlimpah dalam artian zakat fitrah, peleburan dosa, dan memutihkan kembali hati.


2. Opor

Opor Ayam. (Foto: resepayambebek.blogspot.co.id)

Penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat Lebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan. Sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten (permintaan maaf).

Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti meminta maaf.


3. Lepet

Salah satu dari kekayaan kuliner saat lebaran bagi warga Kabupaten Kendal adalah hidangan berupa kupat atau ketupat , lepet, dan tumpi.

Lepet, makanan berbahan dasar ketan yang dibungkus daun kelapa ini banyak dijumpai di pasar tradisional menjelang Lebaran.

Lepet merupakan kependekan dari frasa silep kang rapet yang berarti dikubur rapat-rapat.

Makna di balik frasa ini adalah kesalahan yang sudah diakui tadi harus dimaafkan dan dipendam, tak boleh diungkit lagi agar persaudaraan semakin rapat seperti lepet yang lengket.


4. Telur Pindang

Telur Pindang. (Foto: royaltumpeng.com)

Lauk yang satu ini aslinya berasal dari khazanah kuliner Tionghoa bernama telur teh. Berupa telur yang direbus dengan teh hitam dan berbagai jenis rempah.

Makanan ini kerap disajikan bersama panganan perayaan, karena dianggap sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

Ketika sampai di Indonesia, telur teh dimasak tanpa menggunakan daun teh. Biasanya lebih sering menggunakan daun jambu, kulit bawang merah, atau kecap untuk menghitamkan telur.

Karena telur yang direbus dengan cara ini lebih tahan lama, lantas berkembanglah teknik mengawetkan makanan pindang.


5. Rendang

Rendang. (Sumber Foto: zonaresepenak.wordpress.com)

Rendang disebut salah satu makanan terlezat di dunia dan memiliki tempat terpuji di dalam khazanah kuliner Minangkabau.

Rendang dianggap sebagai perlambang musyawarah dan mufakat yang membentuk masyarakat Minang.

Pasalnya makanan ini terdiri dari empat unsur penting, yaitu dagiang yang mewakili para pemuka adat atau niniak mamak, karambia (kelapa) yang melambangkan kaum pemikir (candiak pandai), lado sebagai perwujudan kaum alim ulama, serta bumbu yang menjadi penyelaras dan pemersatu keseluruhan.

Karena maknanya yang luhur, rendang menjadi hidangan wajib dalam setiap upacara adat, kenduri, pesta atau hari raya. 

 

Reporter: Tantri Setyorini

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan selengkapnya di bawah ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya