Liputan6.com, Managua - Para uskup senior di Nikaragua berinisiatif untuk segera melakukan pertemuan dengan pemerintah dan tokoh masyarakat pada akhir pekan ini, sebagai upaya mengakhiri krisis politik yang telah berlangsung berminggu-minggu.
Pengumuman yang disampaikan pada Rabu, 13 Juni 2018 itu juga turut menguak laporan tentang jumlah korban tewas, yang sejauh ini mencapai setidaknya 152 orang.
Dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (14/6/2018), pengumuman itu muncul ketika masyarakat Nikaragua bersiap melakukan aksi protes nasional secara damai, untuk mendesak pemerintah bertindak tegas menumpas pemberontakan terhadap kepemimpinan Presiden Daniel Ortega.
Baca Juga
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, Gereja Katolik Nikaragua mengatakan tengah berupaya mengajukan tawaran mediasi kepada Presiden Ortega, tapi belum ada jawaban.
"Rakyat menunggu dengan sangat cemas, kekacauan tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi," ujar salah seorang juru terkait.
Kelompok uskup Katolik juga mengatakan bahwa tanggapan Presiden Ortega sangat penting untuk memberi kepastian bagi rakyat tentang masa depan demokrasi di Nikaragua.
Simak video pilihan berikut:
Meningkatnya Konflik Kekerasan
Sebelumnya, pihak gereja membatalkan agenda perundingan dengan Presiden Ortega pada Maret lalu, karena lambatnya respons pemerintah. Hal itu kemudian memicu protes masyarakat secara besar-besaran, yang disertai kekerasan.
Sejak itu, Nikaragua terus mengalami peningkatan konflik kekerasan, di mana amukan massa banyak menyasar aparat kepolisian dan paramiliter pro pemerintah. Beberapa demonstran bahkan nekat melakukan serangan menggunakan ketapel dan mortir buatan tangan, yang dibalas oleh tembakan gas air mata oleh petugas keamanan.
Aksi protes damai direncanakan mulai berlangsung pada Kamis siang, selama 24 jam ke depan, dan akan mengambil tempat di lokasi-lokasi utama di berbagai kota besar di Nikaragua, termasuk di ibu kota Managua.
Advertisement