Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau lebar dalam bahasa Jawa berarti 'selesai'. Selesai semua kewajiban ibadah puasa wajib di bulan Ramadan hingga tibalah waktunya masuk bulan Syawal.
Demikian juga dengan istilah badha atau bakda. Dalam bahasa Jawa artinya juga 'selesai'. Dalam bahasa Arab, kata ini berasal dari kata ba'da yang berarti 'setelah, selesai'. Dua kata ini kerap dipakai oleh orang Jawa untuk menyebut momen hari Idul Fitri yang datang setiap tanggal 1 Syawal.
Advertisement
Dalam momen indah yang sudah dilalui dengan penuh perjuangan (untuk sebagian besar orang), Lebaran ditandai dengan sajian makanan khas yakni ketupat (Jawa: kupat) dan lepet. Meski perayaannya biasanya dilakukan seminggu setelah lebaran resmi pemerintah, sekarang ini makan dan masak ketupat juga biasa dilakukan saat hari pertama Lebaran.
Budayawan Djawahir Muhamad seperti dikutip dari suaramerdeka.com menyebutkan, saat bakda kupat, ketupat (berisi beras biasa) dan lepet (berisi beras ketan) digunakan sebagai lambang bahwa si pembawa kupat mengaku lepat (Jawa: salah). Anyaman kupat yang rumit dan selang seling, menurut Djawahir merupakan cermin beragamnya kesalahan manusia.
Sat kupat dipotong atau dibelah, tampillah nasi putih yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan.
Jadi, secara eksplisit ketupat meruakan simbol permintaan maaf dan silaturahmi. Pengakuan ini ditunjukkan dengan mengantar makanan dan masakan untuk handai taulan dan tetangga.
Tradisi indah konon kabarnya hanya muncul di Tanah Jawa karena di Arab tidak ada tradisi semacam. Diperkirakan masuk ke jawa ketika agama Islam diterima masyarakat dan Sunan Kalijaga yang membudayakan dua kali bakda ini, Bakda Lebaran yang jatuh tepat pada 1 Syawal dan Bakda Kupat yang berlangsung seminggu setelah Lebaran.
Sekarang, sajian ketupat selalu dilengkapi dengan makanan lain seperti opor ayam, sambel goreng, dan lontong. Nikmat rasanya, adem hatinya dan syahdu suasana kekeluargaan yang dirasa.