Harga Emas Melonjak Usai Keputusan Bank Sentral Eropa

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus ditutup naik USD 7, atau 0,5 persen menjadi USD 1.308,30 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Jun 2018, 06:39 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik ke level tertinggi dalam satu bulan pada perdagangan Kamis setelah Bank Sentral Eropa berjanji akan mempertahankan suku bunga acuan sampai dengan 2019. Selain itu kecemasan investor akan pelemahan data China juga menjadi pendorong kenaikan harga emas.

Mengutip Reuters, Jumat (15/6/2018), harga emas di pasar spot naik 0,3 persen ke level USD 1.303,70 per ounce pukul 01.32 siang waktu London, setelah sempat mencapai level USD 1.309,30 per ounce.

Sedangkan untuk harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus ditutup naik USD 7, atau 0,5 persen menjadi USD 1.308,30 per ounce.

Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa mereka akan mengakhiri program pembelian obligasi pada akhir tahun ini. Namun di luar itu mereka juga mengisyaratkan bahwa hal tersebut tidak berarti akan masuk ke langkah pengetatan kebijakan moneter dalam waktu dekat ini.

"Sebenarnya Bank Sentral Eropa memberikan sinyal yang bisa mendorong harga emas tetapi nada penyampaiannya justru menahan harga," jelas analis BNP Paribas,Luigi Speranza.

Kenaikan suku bunga menjadi tantangan tersendiri kepada emas karena logam mulia tersebut harus bersaing dengan surat utang yang memberikan keuntungan berganda yaitu kenaikan harga dan juga imbal hasil.

 


Perdagangan kemarin

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada perdagangan kemarin, harga emas jatuh ke bawah level USD 1.300 per ounce karena kenaikan nilai tukar dolar AS akibat keputusan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Senior analis U.S. Bank Wealth Management Rob Haworth menjelaskan, the Fed memberikan sinyal untuk kembali menaikkan suku bunga dua kali lagi pada tahun ini. Hal tersebut memberikan tekanan kepada harga emas. "Suku bunga lebih tinggi mendorong kenaikan dolar AS sehingga menekan emas," jelas dia.

Pada perdagangan sebelumnya sebenarnya harga emas menguat karena adanya sentimen negatif dari pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura. Pertemuan pada Selasa kemarin membahas denuklirisasi Korea Utara.

"Jelas tontonan publik negatif tidak akan berdampak baik di pasar global dan menciptakan sejumlah permintaan aset safe haven yang kuat tetapi itu probalilitas yang rendah,” ujar Jeff Wright, Wakil Presiden Eksekutif GoldMining Inc. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya