Moeldoko: Idul Fitri, Semua Kembali dari Nol

Moeldoko menilai potensi bangsa sangat besar dengan segala keberagaman suku bangsa, budaya, dan sumber daya alamnya.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 15 Jun 2018, 14:55 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berpidato dalam acara Peringatan Nuzulul Quran dan Hari Lahir Pancasila di kantor PP GP Ansor, Jakarta, Sabtu (02/6). Peringatan ini mengusung tema Alquran Suci, Pancasila Sakti. (Liputan6.com/Pool/Sandoval)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam seluruh dunia hari ini merayakan Idul Fitri 1439 Hijriah. Di Indonesia, perayaan ini menjadi momen spesial bagi seluruh warga. Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko berharap momen Idul Fitri kali ini digunakan untuk saling membesarkan dan tak mengecilkan satu dengan lainnya.

"Idul Fitri adalah kondisi di mana semua kembali ke nol. Semua yang buruk kita tanggalkan, kembali bersih. Negara ini milik kita bersama, dan bersatu menjadi kunci Indonesia untuk maju," ujar Moeldoko, Jumat (15/6/2018).

Moeldoko menilai potensi bangsa ini sangat besar dengan segala keberagaman suku bangsa, budaya, dan sumber daya alamnya. Karena itu, dari semua kelebihan itu, Indonesia harusnya jaya dengan semua potensinya.

"Jadi amatlah disayangkan jika semua potensi ini tergerus karena warga negaranya tak berpikiran bersatu," ucap mantan Panglima TNI itu.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi mengajak seluruh muslim di Indoneisia agar lebih meningkatkan kepatuhannya terhadap ajaran Islam dan kepeduliannya terhadap sesama terutama kepada kaum duafa, fakir miskin dan anak yatim piatu, dengan mengeluarkan zakat, infak, sedekah dan wakaf.

"Mengajak kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum menjaga kohesi sosial, menjaga perdamaian, memperkuat dan mengokohkan kembali ikatan ukhuwah islamiyah, saudara sebangsa (wathaniyah), saudara sesama manusia (insaniyah)," ujar Zainut di kesempatan berbeda.

Terlebih Idul Fitri tahun ini dekat dengan agenda politik nasional berupa Pilkada, Pemilihan legistatif dan Pemilihan Presiden 2019, MUI menilai perbedaan aspirasi politik merupakan hal biasa yang harusnya dipandang sebagai rahmat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Sampaikan Pesan Persaudaraan

Direktur Utama Indosiar, Imam Sudjarwo (kanan) memberikan cendera mata kepada Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko saat melakukan audensi di komplek Istana, Jakarta, Kamis (22/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, Zainut mengimbau kepada para khatib Salat Idul Fitri untuk selain menyampaikan pesan peningkatan keimanan dan ketakwaan, persaudaraan dan kedamaian kepada jemaah. 

"Juga mengingatkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya terorisme, narkoba, minuman keras, dan segala bentuk perbuatan mudarat lainnya," ujar Zainut. 

Senada dengan Moeldoko, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat berharap Idul Fitri menjadi momen bagi anak bangsa untuk mendinginkan suhu politik.

"Momen Idul Fitri dengan libur lebaran yang cukup panjang memang memberi jeda cooling down, semua bersilaturahmi, kondisi ekonomi juga saya kira meningkat, jadi betul-betul dinikmati lah lebaran kali ini," ujarnya saat dihubungi wartawan.

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, meski suhu politik dipastikan akan naik lagi usai Idul Fitri, ia mengimbau masyarakat untuk tidak lagi, atau mengurangi ujaran-ujaran kebencian baik bentuk tulisan, gambar, atau lainnya.

Saksikan Video Pilihan berikut Ini: 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya