Misi Perdamaian, Suara Stephen Hawking akan Dipancarkan ke Ruang Angkasa

Dalam waktu dekat, suara mendiang fisikawan Stephen Hawking akan dipancarkan ke ruang angkasa untuk membawa beberapa misi khusus.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2018, 09:12 WIB
Ilmuwan terkemuka Stephen Hawking saat di kantornya di The Centre for Mathematical Sciences, University of Cambridge, London, Inggris, 14 Desember 2011. Hawking meninggal dunia pada hari ini, Rabu (14/3/2018). (AFP PHOTO/LONDON SCIENCE MUSEUM/SARAH LEE)

Liputan6.com, London - Dalam waktu dekat, suara milik mendiang Stephen Hawking akan dipancarkan ke ruang angkasa sebagai pesan perdamaian terhadap alam semesta yang luas. 

Dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (15/6/2018), pengumuman itu disampaikan dalam sebuah agenda mengenai sang fisikawan revolusioner itu di "tempat peristirahatan" di Westminster Abbey di London, Inggris. 

Di kompleks gereja bersejarah itu, abu kremasi Stephen Hawking disimpan bersandingan dengan abu jenazah para ilmuwan terkemuka Inggris, seperti Isaac Newton dan Charles Darwin.

Seperti yang umum diketahui, selama hidupnya, Stephen Hawking mendedikasikan diri untuk meneliti asal muasal alam semesta, misteri lubang hitam, dan sifat dari waktu.

"Pancaran suara (Stephen Hawking) akan dipancarkan ke arah lubang hitam terdekat, 1A 0620-00, yang terletak di sebuah sistem biner dengan sejumlah bintang katai oranye,” kata putrinya, Lucy Hawking,

"Suaranya akan berisi pesan perdamaian dan harapan, tentang persatuan dan pentingnya hidup bersama dalam harmoni di jagat raya ini," lanjutnya.

Sekitar seribu orang dari berbagai kalangan masyarakat, akan dipilih melalui surat suara, untuk kemudian bergabung dengan keluarga Hawking dalam upacara tersebut.

Suara Stephen Hawking akan dikirim ke luar angkasa oleh Badan Luar Angkasa Eropa pada akhir pekan ini. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Ungkap Nasib Semesta

Ilmuwan terkemuka Stephen Hawking beraktivitas di kantornya di The Centre for Mathematical Sciences, University of Cambridge, London, Inggris, 14 Desember 2011. Stephen Hawking meniggal dunia di usia 76 tahun. (AFP PHOTO/LONDON SCIENCE MUSEUM/SARAH LEE)

Sementara itu, Stephen Hawking membuat sebuah makalah penelitian yang menghebohkan, dua minggu sebelum ia meninggal. Di dalamnya, ia mengisyaratkan bagaimana para ilmuwan bisa menemukan alam semesta dan memprediksi akhir dunia alias kiamat. 

Menurut rekan penulisnya, Thomas Hertog, ikon ahli fisika tersebut menyelesaikan penelitian itu dari "ranjang kematiannya".

Hawking menulis, dibutuhkan sebuah pesawat ruang angkasa seperti Star Trek agar bisa menemukan bukti eksperimental mengenai "multiverse", hipotesis berupa kemungkinan adanya beberapa kumpulan alam semesta, termasuk alam semesta tempat kita tinggal.

Jika bukti semacam itu ditemukan saat Stephen Hawking masih hidup, mungkin ilmuwan jenius ini bisa kembali menyabet hadiah Nobel, lapor The Sunday Times.

"Inilah Stephen: dengan berani ia pergi ke tempat yang ditakuti Star Trek saat mereka melangkah," kata Hertog yang merupakan profesor fisika teoretis dari KU Leuven University di Belgia.

"Dia sering dinominasikan untuk mendapat hadiah Nobel dan seharusnya kini ia memenanginya, tapi sekarang tak lagi bisa meraihnya," lanjutnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya