BI Diramal Bakal Kembali Dongkrak Suku Bunga Acuan

Stabilitas nilai tukar rupiah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Jun 2018, 20:19 WIB
Bank Indonesia AFP PHOTO / ROMEO GACAD

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Infed), Aviliani, memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Hal ini menyusul kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed)

"Menurut saya bisa menaikkan 25 basis poin lagi. Saya rasa tidak ada masalah menaikan suku bunga, karena kita lihat The Fed juga menaikkan (suku bunga acuan)," ungkapnya ketika ditemui di kediaman Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Jakarta, Jumat (15/62018).

Lebih lanjut, Aviliani mengatakan bahwa tidak perlu takut jika BI menaikan suku bunga, maka serta merta akan diikuti oleh kenaikan bunga kredit.

"Saya rasa tidak perlu takut dengan naiknya suku bunga kredit akan turun, bahwa nilai tukar stabil itu jauh lebih penting," katanya

"Kalau nilai tukar rupiah stabil, itu dari sisi suku bunga masih ada persaingan dari sisi suku bunga perbankan. Jadi, nggak otomatis suku bunga kredit naik. Dan persaingan antarbank menurut saya luar biasa. NIM (net interest margin) juga sudah jauh semakin tipis," imbuh Aviliani.

Dia mengatakan saat ini upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah harus lebih didahulukan. Sebab stabilitas nilai tukar rupiah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Kalau dilihat dari Pak Perry (Gubernur BI, Perry Warjiyo) ini kan yang penting jaga stabilitas dulu. Boleh sih pertumbuhan dengan stabilitas, tapi yang mana duluan. Pak Perry saya lihat menjaga stabilitas, nanti diikuti pertumbuhan. Saya rasa pasar mulai yakin BI sangat independen. Dan tidak selalu ikut pemerintah," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com


The Fed Kembali Dongrak Suku Bunga

Ilustrasi The Fed

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga pada Rabu. Kenaikan suku bunga ini sudah diperkirakan oleh analis dan ekonom.

Dengan adanya kenaikan suku bunga ini menandakan tonggak pergeseran kebijakan Bank Sentral AS dari yang awalnya pelonggaran kebijakan moneter untuk memerangi krisis keuangan dan resesi pada 2007-2009 menjadi pengetatan kebijakan moneter.

Dalam kenaikan suku bunga pada Juni ini, the Fed mematok di kisaran 1,75 persen hingga 2 persen. Bank Sentral AS mengesampingkan janji sebelumnya bahwa mereka akan terus menahan suku bunga di kisaran rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Perekonomian sudah berjalan dengan baik," jelas Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dalam konferensi pers usai Rapat Komite Pasar Terbuka (Federal Open Market Committee).

"Seluruh indikasi ekonomi menunjukkan perbaikan. data tenaga kerja, inflasi dan lainnya sesuai dengan perkiraan," jelas dia.

Ekspektasi ekonomi yang sudah baik menjadi pendorong Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga sebanyak 7 kali sejak 2015 lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya