Jakarta - Pelompat jauh andalan Indonesia, Maria Natalia Londa, menatap Asian Games 2018, dengan semangat baru. Kegagalan meraih medali emas pada SEA Games 2017 justru menjadi motivasi Maria Londa untuk tampil lebih baik.
Selama berkiprah di atletik, medali SEA Games dan Asian Games sudah lengkap dikoleksi atlet asal Bali tersebut. Dia meraih dua medali perunggu pada SEA Games 2009 di Laos dari nomor lompat jauh dan lompat jangkit, dua medali perak pada SEA Games 2011 di Indonesia, hingga dua medali emas pada SEA Games 2013 di Myanmar.
Prestasi Maria Londa semakin bersinar ketika menggenggam emas Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dari nomor lompat jauh. Dia juga menyabet dua medali emas pada SEA Games 2015 yang digelar di Singapura, kembali dari nomor lompat jauh dan lompat jangkit.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pada SEA Games 2017 di Malaysia, Maria Londa gagal mempertahankan prestasi terbaiknya. Dengan persiapan tak maksimal karena diganggu cedera, atlet putri kelahiran Denpasar, Bali, hanya membawa pulang dua medali perak.
Dengan berlinang air mata, Maria Londa tampak menyesali kegagalannya dan berusaha ikhlas dengan prestasi tersebut.
Namun, masa-masa pahit itu sudah berlalu. Berbekal persiapan matang, termasuk melakukan pemusatan latihan ke Amerika Serikat, Maria Londa menatap Asian Games 2018 dengan semangat untuk bangkit. Gagal di SEA Games 2017 sudah dilupakan dan diikhlaskannya.
Semangat untuk mengukir lompatan lebih baik dari dibanding saat meraih medali emas di Incheon empat tahun silam kini berkobar. Sinyal tersebut mulai terlihat ketika untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir ia kembali mencatatkan lompatan lebih dari 6,5 meter pada tryout di Amerika Serikat.
Lompatan terbaiknya di level Asian Games adalah 6,55 meter yang dicetak pada 2014. Kini ia berusaha mengejar catatan yang lebih baik di Asian Games 2018, termasuk mengejar lompatan 6,70 meter yang pernah dicetaknya pada SEA Games 2015.
Pelajaran Berharga di SEA Games 2017
Apakah momen kegagalan meraih emas pada SEA Games 2017 memengaruhi persiapan Anda menuju Asian Games 2018?
Momen itu merupakan pembelajaran bagi saya. Apa yang kita inginkan belum tentu bisa didapatkan. Dari momen itu saya juga belajar untuk lebih ikhlas berlatih dan belajar dari kesalahan yang saya lakukan sebelumnya. Saya mencoba berlatih lebih pintar.
Saya itu berkecimpung di olahraga dengan nomor teknik. Jadi sedikit saja ada gangguan di pikiran seperti trauma, tentu akan membuat saya tidak fokus saat berlatih. Jadi saya harus berusaha melepaskan pikiran itu dan fokus dengan persiapan agar saya tidak mengalami cedera lagi.
Anda berhasil meraih emas di SEA Games 2013 dan 2014. Ketika gagal menyabet emas pada SEA Games 2017, apakah ada beban atau ketakutan prestasi pada Asian Games 2014 tidak terulang?
Tentu saya tidak ingin menjadikan hal tersebut sebagai beban karena saya tidak mau itu terbawa saat berlatih. Saya hanya ikhlas dan berdoa, berharap bisa mempertahankan prestasi di Asian Games 2018.
Kalau terlalu merasa terbebani dengan prestasi sendiri justru itu tidak baik untuk saya. Jadi lebih baik saya lebih santai dalam berlatih dan selalu menganggap setiap latihan seperti yang terakhir, sehingga selalu termotivasi untuk maksimal.
Advertisement
Menemukan Kembali Lompatan Terbaik
Anda sempat menjalani pemusatan latihan di Amerika Serikat dalam persiapan untuk Asian Games 2018. Seberapa besar pengaruh pemusatan latihan di sana bagi persiapan Anda?
Sangat signifikan. Saya jadi memahami ketika biasanya berlatih berdasarkan garis besar latihan saja, saya banyak melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya itu sangat membantu progres latihan.
Ketika berada di Amerika Serikat, saya berlatih lebih detail. Misalnya saat berlatih awalan, pelatih yang berasal dari Amerika Serikat meminta saya melakukan awalan dengan dua langkah kijang. Ia juga memberikan latihan dengan bertahap, seperti pekan pertama berlatih awalan, pekan kedua berlatih take-off, dilanjutkan dengan latihan posisi di udara, pendaratan, dan terakhir baru semua latihan itu dilakukan secara komplet.
Saat itu saya merasa titik-titik kecil kesalahan di setiap tahapan lompat jauh bisa saya perbaiki. Sejak dua tahun terakhir saya belum pernah mencatatkan lompatan 6,5 meter, tapi kemarin saya bisa membuat lompatan 6,52 meter. Itu bukti latihan di AS memberikan efek yang sangat signifikan untuk saya.
Selain berlatih terpusat di Amerika Serikat, apa sempat juga mengikuti kompetisi untuk tryout?
Ya, saya mengikuti tiga event di sana. Saya bersyukur karena setiap event itu saya mengalami peningkatan. Pertama saya membuat lompatan 6,39 meter. Saat itu setiap pekan memang kami melakukan kompetisi dan saya berhasil melakukan lompatan terbaik 6,52 meter.
Jadi lompatan yang saya buat di ketiga kompetisi itu dimulai dari 6,39 meter, lalu kemudian saya berhasil membuat lompatan 6,48 meter, dan yang terakhir saya berhasil mencetak 6,52 meter.
Anda mengukir lompatan terbaik 6,52 meter di Amerika Serikat. Berapa lompatan terbaik Anda sepanjang karier?
Lompatan terbaik saya 6,70 meter di SEA Games 2015. Saya sedang berusaha mengejar catatan itu lagi di Asian Games 2018.
Namun, ketika beraksi di Asian Games 2014, lompatan terbaik saya itu 6,55 meter. Tentu saya ingin bisa lebih baik lagi pada Agustus mendatang.
Lompatan itu membuktikan metode yang diberikan pelatih asing di Amerika Serikat cocok bagi Anda. Namun, apakah juga ada pengaruh terhadap cedera yang pernah Anda alami?
Teknik latihan saya diperbaiki mulai dari hal-hal terkecil, sehingga juga membuat rasa sakit karena cedera juga diperbaiki oleh pelatih itu. Dengan teknik yang diberikannya, saya diminta melakukan beberapa lompatan sebelum ditanya apakah masih merasakan sakit atau tidak. Sejak itu, saya bisa menjalani program latihan penuh tanpa rasa sakit.
Rasa sakit karena cedera sudah hilang, bagaimana motivasi Anda mengikuti Asian Games 2018 ini?
Jelas bertambah. Saya berpikir bisa mendapatkan lompatan terbaik lagi di Asian Games.
Masih Ingin Memberikan yang Terbaik untuk Indonesia
Anda pernah mengatakan mungkin Asian Games 2018 ini menjadi penutup karier sebagai atlet lompat jauh. Anda tidak berubah pikiran?
Kita akan lihat saja nanti bagaimana akhirnya. Jika saya masih bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia, tentu saya akan terus berusaha.
Ketika Anda berpikir untuk mengakhiri karier, Anda ingin akhir yang seperti apa?
Tentu saya ingin mengakhirinya dengan cara terbaik, meraih prestasi terbaik.
Jika saya berhasil mempertahankan prestasi di Asian Games 2018, ini akan menjadi sebuah sejarah. Belum ada atlet lompat jauh yang berhasil meraih medali emas dalam dua Asian Games secara berturut-turut.
Sudah terpikirkan untuk terus membantu atlet-atlet junior dengan cara menjadi pelatih meraka saat Anda pensiun dari atlet?
Saya berpikir mungkin akan ada masa transisi bagi saya. Saya ingin benar-benar keluar dulu dari dunia atletik untuk beberapa saat. Harapannya ketika saat saya kembali ke dunia ini pasti akan benar-benar terasa kerinduannya karena saya sudah 18 tahun berkarier di sini.
Baca Juga
Erick Thohir Beruntung Pemain Diaspora Yakin pada Proyek untuk Lolos ke Piala Dunia dan Olimpiade
3 Calon Pelatih Asal Belanda yang Bisa Gantikan Pep Guardiola di Manchester City, Siapa Saja Mereka?
Wawancara Reuters kepada Erick Thohir: Timnas Indonesia perlu berada di 9 besar Asia untuk Lolos ke Piala Dunia 2026
Advertisement