Liputan6.com, Kendari - - Wa Tiba (54) seorang ibu rumah tangga (IRT) di Desa Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna yang tewas ditelan ular piton sepanjang 7 meter, Jumat (15/6/2018) diduga sudah diintai. Usai jenazah korban dikeluarkan dari dalam perut ular bermotif batik itu, ada sejumlah luka ditubuhnya.
Luka pertama, ada dibagian kaki korban. Luka ini, berbentuk gigitan. Luka kedua ada dibagian kepala. Korban ditelan lebih dulu dari bagian kepala.
Advertisement
Melihat sejumlah fakta di lokasi, parang dan sendal korban yang ditemukan warga, berada di pinggir semak-semak. Rerumputan ini, tempat yang cocok bagi hewan melata itu menyamarkan diri pada malam hari.
"Parangnya dan sendal ada di samping semak-semak, terus ada semacam jejak ban terselip di situ," ujar Kepala Desa Persiapan Lawela, La Faris, Sabtu (16/6/2018).
La Faris mengatakan pernah ada kejadian korban selamat dari lilitan ular piton. Saat itu, korban yang merupakan rekan kantornya digigit pada bagian kaki saat sedang melintas.
"Tapi dia syukur bisa selamat, saya duga korban memang digigit kakinya lebih dulu sebelum ditarik ke semak-semak," ujar La Faris.
La Faris yang memimpin warga saat pencarian korban mengatakan, korban kemungkinan sempat diseret setelah berhasil dilumpuhkan di tengah kebunnya.
"Ular berada sekitar 30 meter dari lokasi barang-barang miliknya ditemukan warga, kondisi lokasi banyak rumput, jadi sempat tak terlihat," ujar La Faris.
Kata La Faris, pihaknya sempat meminta bantuan seorang paranormal. Tidak dijelaskan apa petunjuk 'orang pintar', selanjutnya kades bersama sekitar 100 orang warga langsung menuju kebun milik Wa Tiba.
"Kita dikasih petunjuk, lokasi korban sekitar 20 meter dari kebunnya. Ternyata memang benar, kami bersyukur tidak jauh dari situ," jelasnya.
La Ode Fendi, warga yang sempat terpekik melihat ular pertama kali berbaring dalam memanjang di dalam semak-semak di pinggir kebun korban. Tak mampu bergerak, ular itu hanya mengalah saat sejumlah warga berusaha melumpuhkannya.
"Dia tidak banyak bergerak lagi, langsung kami lumpuhkan, kemudian kami tarik ke kampung bangkainya karena diduga memang sudah memangsa orang," katanya.
Jarak antara lokasi ular ditemukan dan rumah korban sekitar 1 kilometer. Sebelum masuk ke lokasi korban ditemukan, warga melalui jalan setapak yang ditembuhi semak belukar sekitar 500 meter jauhnya.
Dulu, Ular Bisa Disembunyikan 'Orang Pintar'
Camat Lohia, Hajar Sosi, mengatakan lokasi tempat Wa Tiba ditemukan tewas merupakan sarang ular. Sejak dahulu, ular-ular ini sudah menempati wilayah itu.
"Sejak dari dulu memang, banyak ular di sana. Makanya warga pindah karena memang dianggap angker," katanya.
Keterangan Kepala Desa Lawela, Faris, dahulu lokasi tempat Wa Tiba ditemukan tewas ditelan ular merupakan perkampungan warga. Pernah dijadikan tempat berkebun jagung dan ubi kayu, namun kemudian ditinggalkan.
"Kata warga sekitar, memang dulu ular-ular ini mampu disembunyikan keberadaanya dengan doa-doa para orang tua, jadi warga bisa leluasa berkebun," ujar La Faris.
Faris melanjutkan, kemungkinan karena 'orang pintar' yang menjadi pawang sudah meninggal dunia, maka segel mantranya terbuka. Sehingga, ular bisa kembali bebas berkeliaran.
"Ada goa-goa kecil karena memang lokasi desa berbatu. Kalau ada yang mau datang lihat, kami bisa pancing keluar ularnya pakai tali," katanya.
Warga desa Lawela yang dikonfirmasi mengatakan, kejadian ini tidak ada hubungannya dengan terganggunya habitat ular. Sebab, masih banyak hewan seperti babi dan monyet yang tak pernah diburu warga.
"Kalau kami tak pernah berburu ular atau hewan lain. Sebab, mayoritas warga kampung bekerja sebagai buruh bangunan dan petani musiman," ujar Fendi.
Advertisement