Asal-usul Halalbihalal, Tradisi yang Kerap Dilakukan Usai Lebaran

Pernahkah kalian bertanya sebenarnya bagaimana sih awal kegiatan itu bisa menjadi tradisi?

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2018, 12:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Setelah Lebaran, sebagian besar umat muslim kerap menggelar halalbihalal. Hal ini seolah telah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia. Kalian tentu termasuk juga, bukan?

Namun, pernahkah kalian bertanya sebenarnya bagaimana sih awal kegiatan itu bisa menjadi tradisi?

Istilah halalbihalal dikatakan dicetuskan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Kegiatan ini dicetuskan Kiai Wahab sebagai langkah mendamaikan kelompok-kelompok yang melakukan pemberontakan.

Pada pertengahan Ramadan 1948, Presiden Soekarno memanggil Kiai Wahab ke Istana Negara. Bung Karno awalnya meminta saran untuk mengatasi masalah bangsa yang tidak sehat.


Silaturahmi

Ilustrasi silaturahmi Lebaran (iStock)

Kiai Wahab lantas menyarankan agar Bung Karno menggelar silaturahmi, mengingat sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri. Tapi, Bung Karno menghendaki istilah lain dari silaturahmi.

"Begini, para elite politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah halalbihalal," ujar Kiai Wahab.

Berkat saran Kiai Wahab itulah, Bung Karno lantas mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul halalbihalal.

Kegiatan halalbihalal nyatanya, juga disebut telah dimulai sejak KGPPA Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa. Pangeran Mangkunegara I bahkan mengajak seluruh anggota kerajaan sungkem.

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya