Liputan6.com, Petaling Jaya - Pimpinan firma investor milik Kementerian Keuangan Malaysia ditemukan tewas terbakar mengenaskan di kamar kediaman pribadinya di Petaling Jaya, Kamis 14 Juni 2018.
Kabar mengenai meninggalnya CEO Cradle Group Nazrin Hassan tersebut sontak mengejutkan sejumlah pihak di Negeri Jiran. Beberapa orang sempat mengutarakan beragam spekulasi mengenai sebab-musabab kematian pria tersebut.
Advertisement
Kini, pihak Cradle Group, yang mengutip sumber dari otoritas, mengonfirmasi bahwa Nazrin Hassan tewas akibat terkena serpihan handphone yang meledak saat pengisian baterai. Demikian seperti dikutip dari The Star Malaysia, Minggu 15 Juni 2018.
Selain membunuh Nazrin, handphone yang meledak itu juga menyebabkan kebakaran pada kamar tempat korban ditemukan tewas.
"Pemeriksaan post-mortem menyimpulkan bahwa penyebab kematian adalah komplikasi yang disebabkan oleh luka akibat handphone yang meledak saat proses pengisian baterai. Handphone itu terletak tepat di sebelahnya (korban)," kata pihak Cradle Group.
Kesimpulan itu menunjukkan bahwa penyebab kematian Nazrin adalah sebuah kecelakaan, sehingga menegasikan beragam spekulasi yang sempat beredar tentang kabar tewasnya pria tersebut.
Sebelumnya sempat diyakini bahwa Nazrin meninggal karena menghirup asap beracun saat tidur ketika kamar di rumahnya tiba-tiba terbakar pada Kamis, 14 Juni 2018.
Menurut seorang teman keluarga, Nazrin mengeluhkan migrain pada siang hari kejadian dan pergi tidur setelah minum obat. Tak berapa lama, terjadi kebakaran di kamar CEO Cradle Group tersebut.
Dinas Kebakaran setempat mengatakan menerima laporan dari kediaman Nazrin di Mutiara Damansara, Petaling Jaya pada pukul 12.30 siang waktu setempat. Mereka kemudian mengirim dua mobil pemadam dan 14 petugas ke lokasi kejadian.
Mereka tiba pukul 12.46 siang dan api padam beberapa menit kemudian pada 12.53 siang.
Kepala Kepolisian Diraja Malaysia Wilayah Petaling Jaya, Mohd Zani Che Din mengatakan kepada The Star pada hari Kamis bahwa usai pemadaman, petugas menemukan satu korban tewas yang diketahui sebagai Nazrin Hassan.
Sekitar 30 persen tubuh korban telah terbakar usai insiden tersebut.
Di sisi lain, pihak kepolisian dan otoritas Malaysia masih merampungkan proses pemeriksaan tewasnya Nazrin.
Nazrin meninggalkan istrinya, Samirah Muzaffar, seorang eksekutif senior di Perusahaan Kekayaan Intelektual Malaysia (MyIPO), putra mereka yang masih muda, tiga anak tiri dan seorang putra dari pernikahan sebelumnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Siapa Nazrin Hassan?
Dalam pernyataannya Jumat, Cradle Group mengatakan bahwa selama lebih dari 15 tahun, Nazrin telah mendedikasikan usahanya untuk mempromosikan pendanaan tahap awal untuk firma start-up yang bergerak di bidang teknologi.
"Visi dan cintanya untuk inovasi akan selalu menjadi inti dari apa yang kami lakukan. Nazrin menyukai pekerjaannya, tetapi cinta terbesarnya adalah untuk istri dan anak-anaknya," kata pernyataan itu.
"Cradle telah kehilangan seorang jenius yang visioner dan kreatif, dan dunia telah kehilangan manusia yang luar biasa," kata kepala operasi Razif Aziz.
"Kami yang cukup beruntung untuk tahu dan bekerja dengan Nazrin telah kehilangan teman baik dan mentor yang menginspirasi," tambahnya.
Cradle adalah perusahaan Kementerian Keuangan Malaysia yang dibentuk untuk melakukan investasi pengembangan wirausahawan dan firma start-up Malaysia.
Perusahaan itu adalah agensi yang memberikan pendanaan awal kepada perusahaan ternama seperti Grab (sebelumnya MyTeksi) dan iMoney.
Nazrin menempuh pendidikan di Inggris dengan gelar Sarjana Hukum (LL.B Hons) dari University of Buckingham pada tahun 1994, dan juga anggota komite eksekutif Dewan Eksekutif Inggris untuk Pelajar Malaysia.
Dari tahun 1997 hingga 2000, ia menjabat sebagai eksekutif keuangan perusahaan di CIMB. Setelah itu, ia meluncurkan start-up sendiri, Zarnet, pada tahun 2001.
Nazrin adalah mantan anggota dewan Technopreneurs Association of Malaysia (TEAM), di mana dia melobi pemerintah tanpa lelah untuk memuluskan dana pembangunan demi mempersempit kesenjangan pendanaan yang kerap dialami perusahaan start-up.
Hal ini akhirnya mengarah pada pengenalan Program Investasi Cradle (CIP) pada Juni 2003 dengan alokasi dana 100 miliar ringgit dari pemerintah Malaysia sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi.
CIP awalnya dikelola oleh Malaysia Venture Capital Management Berhad (Mavcap) dan Nazrin menjadi Kepala Program Penataan pada Juli 2003.
Pada tahun 2004, ia ditunjuk sebagai kepala program serta penasehat strategi dan kebijakannya.
Dia meninggalkan program tersebut pada tahun 2005 untuk fokus pada startup teknologi sendiri dan terus menjadi anggota aktif dari TIM, tetapi kembali ke Cradle pada bulan Oktober 2007 sebagai chief executive officer.
Advertisement