Liputan6.com, Jakarta - Setelah mudik lebaran, masyarakat akan segera kembali ke perantauan. Prediksinya, arus balik lebaran tahun ini bakal berlangsung 17 hingga 21 Juni mendatang.
Saat menghadapi arus balik, sama seperti arus mudik yang membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Begitu juga dengan memilih waktu yang tepat untuk berangkat, seperti dikatakan Edo Rusyanto, Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman).
Baca Juga
Advertisement
Ada dua pendapat yang beredar, yaitu lebih baik jalan siang karena tidak dihantui rasa kantuk. Namun, ada juga yang berpendapat lebih baik jalan malam karena volume kendaraan yang lebih rendah dibanding siang hari. Lalu,mana yang terbaik?
"Jalan malam hari biasanya untuk menghindari dehidrasi, kendaraan lebih sedikit, tapi jam biologis kita tidak bisa dilawan. Jam 8 atau 9 kita sudah harus tidur," ujar Edo saat ditemui di Cawang, Jakarta Timur, belum lama ini.
Edo mengatakan, jika memang melakukan perjalanan di malam hari, saat siang hari harus istirahat terlebih dahulu.
"Baik siang atau malam hari, kedua-duanya sama. Paling penting saat persiapan praperjalanan, yaitu baterai istirahat cukup tidak," ujarnya.
Saat berkendara malam hari, memang memiliki ancaman bahaya yang lebih besar. Selain itu, pengaruh karbon dioksida juga tinggi.
Selanjutnya
Namun, ternyata jika dilihat dari data dan merujuk waktu kecelakaan yang tinggi, sebenarnya banyak terjadi di siang hari, karena volume kendaraan yang tinggi.
"Itu data 2016, jika sebanyak 70 persen kecelakaan terjadi siang hari. Dari jam 06.00 pagi sampai jam 12.00 siang tertinggi, dan jam 00.00 dini hari sampai 06.00 pagi paling rendah," pungkasnya.
Advertisement