Liputan6.com, Jakarta Mesin bensin dan diesel seperti dua dunia yang berbeda jauh. Dua-duanya memiliki karakter yang berbeda, namun tujuannya sama.
Menggabungkan dua karakter itu, sudah diupayakan sejak mesin pembakaran internal mulai digunakan seabad lalu. Biasanya, kalangan engineer menyebut gabungan karakter dua mesin ini sebagai HCCI (Homogenous Charged Compression Injection). Beragam upaya dilakukan, namun semuanya tidak mampu menghasilkan sesuatu selain munculnya VTEC, MIVEC, VVT-I, VVC dan pengatur waktu pengapian yang lain.
Baca Juga
Advertisement
Mazda SKYACTIV X
Di sisi lain, ada insinyur pintar di Mazda, yang berpikir kalau mau irit, bensinnya jangan terlalu banyak masuk ke ruang bakar. Tapi kalau terlalu banyak udara dalam campuran udara/bensin yang masuk ke ruang bakar, pembakaran tidak optimal. Solusinya, besaran api busi yang dimainkan, dan muncullah mesin SKYACTIV-X, atau di kalangan Mazda disebut SPCCI (Spark Plug Controlled Compression Ignition).
Biasanya, udara dan bensin yang dikompres saat piston bergerak ke atas, diledakkan percikan api yang muncul dari busi. Pada mesin biasa, pembakaran macam ini berlangsung gradual, seiring pergerakan turun piston. Tapi pada mesin canggih ini, Mazda mengatur percikan agar mampu membuat proses kompresi yang lebih instan dan kuat seperti yang terjadi di mesin diesel. Ingat, di mesin diesel pembakaran terjadi lantaran panas di ruang silinder. Ditambah udara yang dikompres saat piston bergerak naik, lalu disembur oleh sedikit solar. Tanpa bantuan percikan api. Pembakaran yang terjadi sangat cepat dan menghasilkan energi gerak yang lebih besar. Itulah kenapa torsi mesin diesel lebih besar dibanding bensin.
Kembali ke mesin Mazda, percikan diatur sedemikian rupa oleh komputer, sehingga membentuk bola api yang mengembang. Selain membakar bensin, tekanan bola api juga mendorong piston turun. Hasilnya, selain pembakaran sempurna dengan bensin yang lebih sedikit, torsi bisa meningkat karena pergerakan piston lebih cepat dan kuat.
Hal itu masih diperkuat lagi oleh alat induksi supercharger, yang mengalirkan udara lebih deras ke ruang mesin. Dan yang menarik, mesin ‘gila’ ini bisa berubah dari SPCCI, menjadi mesin biasa saat perlu akselerasi. Semua itu dikendalikan oleh komputer.
Namun Mazda sendiri masih belum percaya diri dengan mesin ini dan terus menyempurnakannya. Tapi hasil dari kerja keras, mereka sudah terlihat melalui spesifikasinya. SKYACTIV X memiliki kapasitas 2,0 liter dengan tenaga maksimum 190 ps. Torsi yang dihasilkan mencapai 230 Nm. Untuk perbandingan, SKYACTIV G 2.0 liter yang ada pada Mazda3 yang dijual di Indonesia, tenaganya 164,5 ps dengan torsi puncak 210 Nm.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mesin Masa Depan?
Saat Anda membaca tulisan ini, mesin SKYACTIV X dipasangkan pada unit test Mazda3 Hatchback yang terus keliling Eropa untuk pengujian. Uji coba juga melibatkan kalangan jurnalis di Eropa untuk mendapatkan feedback yang mereka perlukan.
Yang menarik, pertanyaan kenapa Mazda mati-matian mengembangkan mesin ini. Selain karena memang mereka punya kebiasaan menggunakan mesin yang aneh, efisiensi dan performa tentunya sudah pasti.
Bayangkan kalau mesin ini sudah bisa dikomersialkan, dan patennya dilepas oleh Mazda. Kami yakin, diesel pasti berkurang drastis populasinya (termasuk untuk penggunaan komersial seperti truk, genset, dan sebagainya). Belum lagi kalau dipasangkan dengan teknologi hybrid. Saat itu terjadi, semua tidak lagi menyebut mesin bensin atau diesel, tapi mesin Mazda.
Sumber : Oto.com
Advertisement